Tuesday, February 12, 2008

"Kebiasaan Menonton TV "hasil karya Reza Qorib (SDIT Darul Abidin)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV. Data tahun 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun. Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja, oleh karena itu harus betul-betul diseleksi. Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul yang ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam. Selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman. Sayangnya banyak tayangan TV yang sama sekali tak baik bagi perkembangan anak. Sebuah penelitian regional yang melibatkan anak-anak Kanada, Australia, Amerika dan Indonesia dalam hal menonton televisi mendapatkan hasil menarik. Anak Indonesia adalah penonton TV terlama, disusul Amerika, Australia dan paling rendah Kanada. Hal ini tak lepas dari perubahan gaya hidup masa kini yang dianut sebagain besar orang tua di Indonesia: Sibuk bekerja, pengasuhan anak diserahkan kepada pengasuh serta berbagai faktor lain yang mengiringi.
Menonton televisi tampaknya membawa dampak negatif pada perkembangan anak dibanding dampak positif. Dari televisi anak-anak dapat menyaksikan semua tayangan, bahkan termasuk yang belum layak ditonton anak, mulai kekerasan dan kehidupan seks. Rata-rata anak usia 2 sampai 11 tahun menonton lebih dari 27 jam siaran televisi per minggu yang tidak diawasi dengan baik, karena kegiatan lain dari anak-anak diluar nonton televisi hanya tidur, dan karena kita yakin bahwa kebanyakan orang tua tidak sadar akan kebebasan media yang kurang baik atas anak-anak.

Berdasarkan informasi di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui kebiasaan menonton televisi pada anak sekolah dasar dengan langsung melakukan survei. Pada survei ini penulis memilih SDIT darul Abidin sebagai tempat melaksanakan survei, karena alasan kepraktisan dan kemudahan dalam melaksanakan survei.

1.2. Tujuan Pembahasan
Dalam karya tulis ini penulis membahas:
1. Waktu kebiasaan menonton televisi
2. Acara kegemaran dalam menonton televisi
3. Jarak menonton televisi di rumah
4. Kebiasaan main game

1.3. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup karya tulis ini mengenai ”Kebiasaan Siswa Kelas 5 & 6 SDIT Darul Abidin menonton televisi. Pada survei ini tidak membahas dampak positif dan negatif menonton televisi terhadap hasil belajar siswa SDIT Darul Abidin. Penulis hanya membatasi membahas kebiasaan menonton televisi dan juga ingin mengetahui pengetahuan siswa mengenai dampak positif dan negatif dari menonton televisi.

1.4. Sumber Data
Populasi : Siswa kelas 5 dan kelas 6 SDIT Darul Abidin
Sampel : Siswa kelas 5 Madinah dan siswa kelas 6 Madinah SDIT
Darul Abidin





BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengaruh Media Terhadap Anak
Pengaruh Media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih dan intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton Televisi ketimbang melakukan hal lainnya. Selama menonton Televisi anak mempelajari kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Anak lebih suka duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan anak dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain.
Acara televisi bisa dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:
1. Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi.
2. Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton.
3. Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.

2.2. PENGARUH NEGATIF MENONTON TELEVISI PADA ANAK
1. Berpengaruh terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun.
Dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
2. Mendorong anak menjadi konsumtif.
Menurut taksiran, rata-rata anak menonton 20.000 info komersil per tahun. Tidak seperti anak dewasa yang sering mematikan suara info komersil, namun anak-anak menyukai iklan TV. Mereka suka apa yang akan diucapkan bahkan terpengaruh terhadap iklan yang ditayangkan. Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.
3. Kekerasan dan Sifat Agresif
Dr. Jay Martin dari Universitas Southern California menemukan bahwa "dalam studi beberapa tahun atas 732 anak, konflik dengan orang tua, perkelahian sesama anak, dan kejahatan remaja, ternyata ada korelasinya dengan jumlah jam menonton televisi".
4. Mengurangi semangat belajar.
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar. Terdapat bukti bahwa terlalu banyak menonton televisi berdampak buruk pada keberhasilan prestasi sekolah. Menurut Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA (K) mengutip hasil penelitian Hancox RJ. Association of Television Viewing During Childhood with Poor Educational Achievement. Arch Pediatr Adolesc Med 2005, bahwa menonton TV saat masa anak dan remaja berdampak jangka panjang terhadap kegagalan akademis umur 26 tahun. Sedangkan penelitian lain mengenai pengaruh TV terhadap IQ anak didapatkan hasil bahwa anak di bawah 3 tahun yang rajin menonton televisi setiap jamnya ternyata hasil uji membaca turun, uji membaca komprehensif turun, juga memori. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa menonton TV pada anak di bawah 3 tahun hanya membawa lebih banyak dampak buruk dibanding efek baiknya. Anak yang sering menonton TV juga mengalami masalah pada pola tidurnya, seperti terlambat tidur, kurang tidur bahkan tak bisa tidur, cemas tanpa sebab, terbangun malam dan mengantuk pada siang hari.
5. Membentuk pola pikir sederhana.
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya. Dr. Hardiono memaparkan, hanya dari menonton televisi saja otak kehilangan kesempatan mendapat stimulasi dari kesempatan berpartisipasi aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain, bermain kreatif dan memecahkan masalah. Selain itu TV bersifat satu arah, sehingga anak kehilangan kesempatan mengekplorasi dunia tiga dimensi serta kehilangan peluang tahapan perkembangan yang baik.
6. Berkurangnya Permainan Imaginatif & Kreativitas Anak.
Sedikit orang dewasa yang menyadari bahwa televisi sepenuhnya mengubah bagaimana anak menghabiskan waktu mereka. Anak-anak di waktu yang lalu menghabiskan banyak waktu mereka dengan bermain dan cari tahu situasi luar sekitar mereka. Dewasa ini, anak-anak menghabiskan waktu dengan mata mereka di depan televisi dan duduk diam di ruang keluarga. Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Anak-anak yang seharusnya ke luar rumah untuk mengalami kotor dan capek bermain, hanya jadi menggerakkan kelopak mata mereka ketika duduk berjam-jam di depan pesawat televisi. Ada bukti yang menunjukkan bahwa televisi mempengaruhi kemampuan menyenangkan diri sendiri dan melumpuhkan kemampuan mengemukakan pendapatnya secara logis dan sensitif. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.
7. Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan).
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan. Dr. Robert Klesges, seorang peneliti pada Memphis State University menemukan bahwa anak-anak yang menonton TV cenderung menghabiskan lebih sedikit kalori per menit -- tidak hanya lebih sedikit dari mereka yang membaca atau "tidak melakukan apa-apa" -- kenyataannya, se-sedikit kalori yang digunakan oleh anak-anak yang tidur." Semakin berat badan seorang anak, semakin serius pengaruhnya. Dr. Klesges menyarankan dengan jelas. "Kelihatannya bijaksana bagi orang yang memiliki masalah berat badan untuk mengurangi waktu mereka didepan pesawat televisi dan melakukan sesuatu yang lebih membutuhkan.". Dr. Endang Darmoutomo, MS, SpGK, dalam seminar yang diselenggarakan 'Dancow Parenting Center' beberapa waktu lalu mengungkapkan kecenderungan menonton tv terlalu lama akan meningkatkan angka obesitas pada anak-anak. Satu jam nonton tv misalnya, akan meningkatkan obesitas sebesar 2%, karena anak yang menonton televisi . lebih banyak ngemil dan tak melakukan aktivitas olah tubuh. Hal yang sama berlaku bagi anak yang lebih suka bermain games atau komputer dibanding anak yang bermain-main di luar bersama teman-teman. "Saat nonton tv atau main game, terjadi ketidakseimbangan energi yang masuk dan yang digunakan. Saat anak nonton tv, kalori yang dibakar hanya 36 kkal/jam, padahal apa yang dia konsumsi jauh melebihi kalori yang digunakan. Obesitas tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan karena mengundang berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, gangguan sendi, penyakit jantung koroner hingga stroke saat anak dewasa, namun juga dapat mengganggu psikologis anak. obesitas akan terbawa saat anak dewasa jika tak ditangani secara baik. Mungkin ia akan merasa malu, rendah diri, bahkan merasa tak berharga karena memiliki tubuh 'berbeda' dibanding teman-teman di lingkungannya.
8. Berkurangnya Waktu Bersama Keluarga dan Berkomunikasi
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda. Suatu studi Michigan State University menunjukkan "ketika anak berumur empat dan lima tahun dimana mereka ditawarkan pilihan antara berhenti nonton televisi atau tanpa bersama ayah mereka, sepertiga memilih lebih baik tanpa bersama ayah". Dalam studi yang lain dikatakan, "rata-rata anak umur lima tahun menghabiskan waktu hanya 25 menit seminggu bercengkerama dengan ayah mereka tapi 25 jam seminggu berinteraksi dengan TV." Orangtua sering menyesal tidak dapat menyediakan waktu cukup untuk anak-anak mereka. Tapi "dua pertiga" berkata mereka mungkin akan menerima pekerjaan yang menawarkan gaji lebih tinggi atau prestise lebih besar kendati hal itu menyebabkan mereka berada lebih banyak di luar rumah. " Terjepit dalam waktu yang membatasi jumlah jam untuk interaksi keluarga, sama masalahnya adalah rata-rata penyalahgunaan TV oleh keluarga. Dengan kata-kata yang agak keras seorang penulis, "Orangtua telah menyalahgunakan anak-anak untuk keuntungan mereka dengan membuat TV menjadi seperti pengasuh anak (baby sitter)." Orang tua mereka tidak lagi berusaha menyediakan waktu untuk mereka. Kenyataannya, acara TV yang tidak bisa diatur dengan baik telah menjadi kesukaran utama dalam membina hubungan yang baik pada jutaan rumah orang Amerika
9. Matang secara seksual lebih cepat.
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika. Dalam usaha memperluas dan mendapat pilihan program yang lebih baik, mayoritas orang Amerika sekarang ini telah berlangganan TV kabel. Namun, pengawasan yang lebih baik bukan diperoleh dari iuran bulanan. Kenyataannya, dari studi atas 450 anak kelas 6 yang dilakukan oleh Prof. Godfrey Ellis dari Oklahoma State University, ditemukan bahwa 66% dari anak-anak tersebut menonton paling sedikit satu program dalam satu bulan yang berisi acara orang tanpa busana atau cerita seksual yang berat.
2.3. Upaya Untuk Mengurangi Menonton Televisi
Dengan banyaknya bukti betapa TV bisa memberikan beragam dampak buruk, banyak keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas-TV. Akibat buruk yang diberikan oleh TV tidak terbatas oleh usia, tingkat pendidikan, status sosial, keturunan dan suku bangsa. Semua lapisan masyarakat dapat terpengaruh dampak buruk dari TV, orangtua, anak-anak, kaya ataupun miskin, pintar dan bodoh, mereka dari latar belakang apa saja, tetap terkena dampak yang sama. Seharusnya instansi pemerintah, instansi pendidikan, instansi agama, keluarga dan individu semua bersama-sama mendukung program ‘Hari Tanpa TV’ ini, untuk membangun bangsa yang lebih baik. Sangat penting untuk anak mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman hidup sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butukan untuk sukses di masa yang akan datang. Bila hidup tanpa TV itu masih terlalu sulit, maka perlahan batasi dan awasi dengan saksama tontonan anak sepanjang tahun. Dengan mematikan TV, keluarga menjadi lebih dekat, akrab karena anggota keluarga mempunya waktu untuk bercengkrama.


2.4. Manfaat Hari Tanpa Televisi
Dengan TV dalam keadaan mati, kita jadi memiliki kesempatan untuk berpikir, membaca, berkreasi dan melakukan sesuatu. Untuk menjalin hubungan yang lebih menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat. Mengurangi waktu menonton TV membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain di luar, berjalan-jalan atau melakukan olahraga yang kita suka. Mengurangi waktu menonton TV memang terkesan susah pada awalnya, tapi ternyata ada ribuan hal lain yang menarik untuk dilakukan. Adapun aktifitas yang dapat dilakukan untuk mengganti kebiasaan menonton televisi adalah:
a. Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat.
Biasakan anak membaca buku. Bila sempat, orang tua menyisakan waktu setiap hari atau beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita kepada anak. Orang tua mengajak anaknya untuk membaca beragam macam bacaan dan menjadikan aktifitas membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Orang tua supaya membiasakan membawa anaknya ke perpustakaan dan menyediakan sebanyak mungkin buku yang pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama keluarga untuk menjadikan buku sebagai hadiah ulangtahun, liburan atau lebaran.
b.Bercocok tanam.
TV menjauhkan kita dari alam. Padahal banyak hal yang bisa diajarkan oleh alam, dan yang tidak bisa didapatkan dari menonton TV. Dengan mengajak anak bercocok tanam, orang tua bisa mengajarkan kepada anaknya banyak hal, sehingga anak bisa belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab.


c. Bermain.
Hidup anak pada dasarnya adalah bermain. Dengan bermain, anak belajar banyak hal.
d. Menulis surat.
Kebiasaan memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak. Dengan teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang menggunakan telepon untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih banyak hal. Selain mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko dan jasa besar pak pos), menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak senang bila menerima balasan. Jika anak mulai mengenal teknologi internet, bisa saja sarana e-mail bisa digunakan untuk melatih kebiasaan menulis.
e. Jalan-jalan.
Jalan-jalan itu mudah dan murah. Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan-jalan ke rumah teman atau sekadar berkeliling lingkungan rumah saja untuk menyapa tetangga. Jalan-jalan itu baik untuk tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan resiko terkena penyakit jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bisa mengurangi berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres. Karena dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan pada otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk lingkungan, karena bisa menghemat bahan bakar dan mencegah polusi udara.


f. Berenang.
Semua anak suka bermain air, berenang merupakan kegiatan yang sangat baik untuk anak. Selain sangat menyenangkan, berenang itu juga salah satu cara berolahraga.
g. Bersepeda.
Bersepeda merupakan salah satu kegiatan yang positif untuk anak, bila dilakukan sendirian mungkin bisa membosankan. Tapi bila bersepeda bersama teman atau keluarga, anak dapat menikmatinya. Bersepeda itu selain murah juga menyehatkan.
h. Mendengarkan radio atau membaca koran.
Anak sekarang sudah jarang sekali mendengarkan radio, apalagi membaca koran. Padahal mungin anak bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya dibanding mendengarkan berita di TV. Radio bisa melatih anak untuk mendengarkan dengan baik dan koran bisa mengajak anak untuk menambah wawasannya tentang dunia.
i. Memasak bersama ibu.
Masak-memasak bukan hanya kerjaan ’perempuan’, bila sesuai, anak lelaki pun tidak ada salahnya diajak memasak bersama. Suatu hari keahlian itu pasti berguna juga bagi anak.
j. Berolahraga.
Kadang kata olahraga terdengar berat, tapi setelah dilakukan biasanya menyenangkan. Selain jalan-jalan, bersepeda dan berenang, masih banyak lagi olahraga yang bisa dilakukan bersama keluarga.
k. Bakti Sosial.
Orang tua sering lupa mengajak anak untuk memerhatikan orang-orang tidak mampu di lingkungan sekitar. Orang tua dapat mengajak anaknya untuk bersama-sama membersihkan rumah dan lemari pakaian dari barang-barang yang tidak lagi digunakan tapi masih bagus dan layak pakai untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar rumah.
l. Rapikan rumah dan halaman.
Biasanya yang ini adalah tugas pembantu rumah tangga. Orang tua dapat mengajak anaknya untuk memerhatikan tempat tinggalnya sendiri, karena pembantu tidak selalu ada untuk melayani. Dengan demikian anak akan belajar untuk bertanggung jawab dan lebih menghargai pembantu. Lagipula, tinggal di lingkungan yang rapi dan bersih itu sehat dan menyenangkan.
m. Mengikuti les.
Pelajaran di sekolah hanya melatih otak kiri. Jangan lupa untuk melatih otak kanannya. Ambil les yang menarik dan sesuai dengan bakat anak. Mulai dari les musik dengan piano, gitar, biola, drum, atau les menari atau les-les lainnya.
n. Bercengkrama dengan keluarga
Aktifitas bercengkrama dengan keluarga merupakan kegiatan yang jarang dilakukan. Penelitian mengatakan bahwa 54% anak berusia 4-6 mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan ayahnya. Para orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40 menit perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan dengan keluarga tidak bisa dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong aktivitas sehari-hari.
o. Belajar.
Sebetulnya apapun yang kita lakukan merupakan pembelajaran. Jadi belajar itu bukan hanya lewat buku tetapi juga dari kegiatan sehari-hari. Belajar hal-hal baru yang belum kita ketahui. Belajar naik motor atau membuat sarang burung dari kayu. Belajar mengantri, belajar main basket atau belajar untuk sehari saja tidak nonton TV dulu.
p. Mengerjakan keterampilan tangan.
Banyak buku sekarang yang mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga kita bisa melakukannya secara otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam bentuk bermacam ragam, mulai dari meyulam, origami sampai membuat bunga dari sabun mandi.
q. Kebun binatang atau musium.
Mengunjungi kebun binatang selalu menyenangkan. Karena kita bisa melihat beragam binatang yang tidak biasa kita lihat sehari-hari. Selain itu, musium juga menarik untuk dikunjungi. Dari musium kita bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat langsung artifak-artifak menarik tentangnya.
2.5. Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari menonton televisi:
§ Pindahkan TV ke tempat yang tidak begitu ‘mencolok’
§ Matikan TV pada waktu makan.
§ Tentukan hari-hari apa saja dalam seminggu yang akan dilalui tanpa TV.
§ Jangan gunakan kesempatan menonton TV sebagai hadiah.
§ Berhenti berlangganan channel tambahan (cable, dll) dan gunakan uangnya untuk membeli hal-hal yang berguna lainnya, seperti buku.
§ Pindahkan TV dari kamar anak.
§ Sembunyikan remote controlnya.
§ Tidak ada TV di hari sekolah.

2.6. Dampak Positif Menonton Televisi
Perlu diingat bahwa tidak semua yang ditayangkan di TV itu buruk, walaupun sebagian besar dari acara yang ditayangkan tidak baik untuk anak. Bagaimana mendapat tontonan yang terbaik dari TV, kita harus bisa mengontrol dan memperoleh manfaat dari alat komunikasi yang bernilai ini. TV yang diprogram dengan hati-hati dapat menjadi teman yang menguntungkan. Banyak juga informasi-informasi penting yang dapat kita peroleh melalui televisi, misalnya saja film dokumener mengenai kehidupan hewan, tumbuhan serta alam, teknologi baru, berita dll.












BAB III
HASIL SURVEI

3.1. Waktu Kebiasaan Menonton Televisi

Tabel 1. Kebiasaan Menonton Televisi Setiap Hari
Waktu Nonton
Frekuensi
%
Tiap hari
44
83.0
Tidak tiap hari
9
17.0
Total
53
100.0

Tabel 2. Jumlah Hari Menonton Televisi Dalam sepekan
. Jumlah Hari Nonton
Frekuensi
%
Tiap Hari
44
83.0
3-6 hari/ minggu
6
11.3
<3 hari/ minggu
3
5.7
Total
53
100.0

Berdasarkan tabel 1 dan 2, kita dapat menyimpulkan sebagian besar anak kelas 5 dan 6 SDIT Darul Abidin( 83%) mempunyai kebiasaan menonton televisi setiap hari. Ada 11,3 % anak yang menonton Televisi 3-6 hari dalam sepekan dan hanya 5,7% anak yang menonton televisi kurang dari 3 hari/minggu. Dari hasil survei diketahui rata-rata lama menonton TV pada hari Senin sampai Jum’at 4,5 jam, sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu hampir sama yaitu 8,5 jam dan 8,6 jam berturut-turut (lihat Diagram 1.)




Diagram 1.

3.2. Jam Terakhir Menonton TV
Apabila kita lihat diagram batang di bawah ini jelas terlihat bahwa sebagian besar anak (65,3%) menonton TV sampai lewat dari jam 20.00 pada hari sekolah mereka (Senin sampai Jum’at). Ada 13% anak yang menonton TV hingga larut malam (lewat jam 22.00). Sedangkan pada hari Sabtu 80,8% anak menonton TV lewat dari jam 20.00, sebagian dari mereka (42,3%) menonton hingga larut malam, hal ini mungkin karena anak merasa esok hari mereka libur. Pada minggu malam jumlah yang menonton lewat dari jam 20.00 jam hingga 22.00 ada 67,3%, sedangkan yang masih menonton sampai melewati jam 22.00 ada 23,4% (diagram 2).







Diagram 2.
Bila dilihat rata-rata jam terakhir anak menonton TV, dapat dilihat dari diagram 3 bahwa anak menghabiskan waktu menonton TV rata-rata sampai jam 20.05 pada hari Senin- Jum’at, 20.04 pada hari Sabtu dan 20.25 pada hari minggu (diagram 3).

Diagram 3.

3.3. Acara yang Disukai di Televisi
Apabila kita melihat acara yang disukai anak di TV, hampir semua anak menyukai menonton film (94,3%), dan semua anak menyukai lawak/komedi (100%). Sekitar 70% anak menyukai kuis dan sinetron . Ada 34% anak yang suka menonton berita, 43,4% suka acara olah raga, 35,8% suka film dokumenter dan hanya 20,8% anak yang gemar menonton infotainment (diagram 4)

Diagram 4.

Apabila kita melihat lebih jauh mengenai film apa yang disukai anak, 25% anak menyukai film Naruto, 6% Hary Potter, 4% Doraemon, 19% film lainnya dan ada 47% yang menjawab tidak jelas/sesuai (diagram 5)





Diagram 5.

Pada acara komedi, lebih dari separuh anak (52%) menyukai acara Extravaganza,
40% anak suka menonton OB (Office Boy), 4% menyukai Prime time, dan 4% menjawab lain-lain (diagram 6).

Diagram 6.

Pada acara kuis, 62% anak menyukai kuis “Deal or No deal” , 8% “Superdeal 2 Milyar”, dan hanya 2% suka pada kuis “Who wants to be a Millioner” (diagram 7)

Diagram 7.

Bila melihat sinetron kesukaan, 23% menyukai sinetron Candy, 17% gemar menonton Eneng, 1% suka sinetron Aisyah, 17% menjawab lain-lain, dan ada 32% yang tidak menjawab (diagram 8)

Diagram 8.





3.4 Jarak Menonton & Ukuran Televisi

Tabel 3. Ukuran Televisi
Ukuran TV
Frekuensi
Persentase
Kecil (≤17 inch)
1
1.9
Sedang (21 inch-24 inch)
39
73.6
Besar (≥29 inch)
13
24.5
Total
53
100.0

Pada survei ini kami juga menanyakan ukuran TV dan jarak menonton TV. Sebagian besar anak (73,6%) menonton dengan ukuran TV 21- 24 inch, dan ada 24,5% dengan ukuran TV besar (≥29 inch) (tabel 3). 9,4% anak menonton TV dengan jarak sangat dekat (≤ 1 meter), 28,3% dekat (1 – 2 meter) , 60,4% jarak sedang (>2 – 3 meter) dan 1,9% jarak jauh (> 3 meter) (tabel 4).

Tabel 4. Jarak Menonton Televisi
Jarak nonton TV
Frekuensi
Persentase
Sangat Dekat (≤ 1 meter)
5
9.4
Dekat (1 – 2 meter)
15
28.3
Sedang (>2 – 3 meter)
32
60.4
Jauh (> 3 meter)
1
1.9
Total
53
100.0

3.5 . Manfaat dan Dampak Buruk Televisi.
Pada survei ini juga ditanyakan pengetahuan anak mengenai manfaat dan kerugian menonton TV dengan menggunakan pertanyan terbuka (open question). Pada pertanyaan apa manfaat menonton TV didapatkan hasil sbb: 60% anak mengatakan menonton TV menambah pengetahuan anak, 13% TV menghibur, ada 2% anak mengatakan dengan menonton TV dapat mengetahui sinetron baru dan 25% tidak menjawab (diagram 9).

Diagram 9.

Diagram 10.

Pada pertanyaan mengenai dampak buruk menonton TV, 34% anak menyatakan bahwa TV memberi pengaruh buruk pada kepribadian dan tingkah laku anak. 23% anak mengatakan menonton TV merusak mata. Sembilan persen anak mengatakan menonton TV membuat anak lupa waktu waktu dan juga 9%anak mengatakan TV membuat anak jadi bodoh (diagram 10).

3.6 . Kegemaran Main ”Game”
Pada survei ini penulis juga ingin mengetahui kegemaran anak main game, karena main game juga permainan yang juga mempunyai dampak kurang baik terhadap anak. Sebagian besar anak suka main game (96%) (tabel 5). Ada 12,5% anak mengatakan kalau mereka main game setiap hari (tabel 6). Lama anak main game bervariasi yaitu 20,8% paling lama 1 jam, sekitar 27% menjawab > 1 - 2 jam, ada 18,8% bermain > 2 - 3 jam dan sepertiga anak (33,3%) bermain game > 3 jam (table 7)

Tabel 5. Kesukaan Main Game
Kesukaan Main Game
Frekuensi
Persentase
Suka
48
96.0
Tidak
2
4.0
Total
50
100.0

Tabel 6. Kebiasaan Main Game
Kebiasaan Main Game tiap hari
Frekuensi
Persentase
Ya
6
12.5
Tidak
42
87.5
Total
48
100.0

Tabel 7. Lama Main Game
Lama main Game
Frekuensi
Persentase
0 - 1 jam
10
20.8
> 1 - 2 jam
13
27.1
> 2 - 3 jam
9
18.8
> 3 jam
16
33.3
Total
48
100.0

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survei dapat saya simpulkan bahwa Mayoritas anak kelas 5 dan 6 SDIT Darul Abidin mempunyai kebiasaan menonton televisi setiap hari. Rata-rata lama menonton TV pada hari Senin sampai Jum’at 4,5 jam, sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu hampir sama yaitu 8,5 jam dan 8,6 jam. Sebagian besar siswa kelas 5 dan 6 (65,3%) menonton TV sampai lewat dari jam 20.00 pada hari sekolah mereka (Senin sampai Jum’at), bahkan 13% dari mereka menonton TV hingga larut malam (lewat jam 22.00). Sedangkan pada hari Sabtu, 80,8% anak menonton TV lewat dari jam 20.00, sebagian dari mereka (42,3%) menonton hingga larut malam hal ini mungkin karena anak merasa esok hari mereka libur. Pada minggu malam jumlah yang menonton lewat dari jam 20.00 jam hingga 22.00 ada 67,3%, sedangkan yang masih menonton sampai melewati jam 22.00 ada 23,4%. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas 5 dan 6 masih gemar menonton TV pada malam hari walaupun esok harinya mereka harus sekolah. Bila dilihat rata-rata jam terakhir anak menonton TV, anak menghabiskan waktu menonton TV rata-rata sampai jam 20.05 pada hari Senin- Jum’at, 20.04 pada hari Sabtu dan 20.25 pada hari minggu.
Urutan acara TV dari yang paling disukai anak sampai yang kurang disukai adalah : komedi/lawak, film, kuis /sinetron, berita, olah raga, film documenter dan infotainment. Apabila kita melihat lebih jauh mengenai film apa yang paling disukai siswa kelas 5 dan 6 maka film Naruto yang paling disukai. Acara komedi yang paling banyak ditonton adalah Extravaganza. Sedangkan Acara kuis yang paling disukai adalah “Deal or No deal”. Sinetron yang paling banyak disukai adalah Candy dan Eneng. Pada pertanyaan ukuran TV dan jarak menonton TV. Sebagian besar anak menonton dengan ukuran TV 21- 24 inch dan menonton dengan jarak sedang.
Pengetahuan siswa kelas 5 dan 6 mengenai manfaat menonton TV adalah sbb: anak mengatakan menonton TV menambah pengetahuan, menghibur, dapat mengetahui sinetron baru. Sedangkan dampak buruk menonton TV, siswa menyatakan bahwa TV memberi pengaruh buruk pada kepribadian dan tingkah laku anak, merusak mata, lupa waktu dan membuat anak jadi bodoh.
Siswa kelas 5 dan 6 selain suka menonton TV juga gemar bermain game (96%). Seperdelapan anak mengatakan bahwa mereka main game setiap hari. Sedangkan lama main game bervariasi yaitu antara 1 jam sampai lebih dari 3 jam.























DAFTAR PUSTAKA
1. Turnofftv.org oleh Yayasan Kita dan Buah Hati; dan Kidia.
2. www.click2map.com“KURANGI NONTON TV, NIKMATI HIDUP!”
3. Sejauh mana TV sudah melebihi seharusnya? hanyawanita.com
4. Ariesta Forestyani, Waspada Pengaruh Televisi Pada Anak 19-11-06 05:11
Darwin Marpaung, terjemahan dari Eden Communications , How To Get the Best Out of TV by Dale and Karen Mason, diterbitkan oleh Broadman & Holman, 1996.

No comments: