Wednesday, December 3, 2008

IPA yang Menyenangkan

Banyak hal baru yang mereka dapatkan untuk dapat menerima materi pelajaran, mulai dari bermain peran, penggunaan alat peraga dan juga pratek langsung. Bapak Arif S.Tp dan Ibu Rohmah S.Tp (Stap pengajar SDIT Darul Abidin) . mencoba hal baru untuk anak-anak yaitu praktek yang dilakukan di luar ruang belajar. materi yang diperaktekan adalah perubahan wujud benda dengan cara dipanaskan dan didinginkan alat dan bahan yang mereka gunakan merupakan alat dan bahan yang dalam sehari-hari dapat mereka temukan, seperti margarin dan gula . dengan perlakuan yang sederhana mereka sangat bersemangat melakukan langkah-langkah prosedur kerja. mulai dari menyalakan lilin, menuangkan bahan ke dalam sendok makan. hal penting yang mereka dapatkan adalah meraka mengalami proses langsung merubahan wujud benda yang diberikan perlakuan. begitu juga ketika mereka memasukan air ke dalam ruang pendingin setelah bebrapa saat mereka menemukan perubahan dari wujud cair menjadi wujud padat.

Friday, November 21, 2008

Loka Riset Ikan Hias Air Tawar Depok

mungkin belum banyak yang mengetahui di depok terdapat loka riset Ikan Hias Air Tawar. 10 November 2008 siswa kelas 6 mengadakan kegiatan outing ke loka riset Ikan Hias Air Tawar pitara Depok. disana siswa-siswi diterangkan bagaimana teknik pembudidayaan ikan hias dan pengenalan jenis-jenis ikan hias yang sebelumya diketahui, ikan buntalpun kami pegang, karena ketika kami sampai di tempat show room ikan hias, tiba-tiba ikan buntal tersebut stres akibat suasana gaduh yang kami berikan. tapi itu salah satu pengalaman buat kami dapat melihat dan memegang ikan buntal secara langsung

Wednesday, November 19, 2008

Permainan Tradisional

dengan merebaknya sekolah-sekolah yang berbasis internasional dan IT dan tidak sedikt yang menganggap sekolah-sekolah seperti itu mengikis budaya-budaya lokal seperti permainan-permainan tradisiolal . ternyata SDIT Darul Abidin dapat menepis anggapan itu, di SDIT Darul Abidin permainan tradisional difasilitasi dengan adanya areal bermain permanen. hal ini bertujuan untuk tidak menghilangkan permaianan-permaianan tradisional, serta menambah media kinestetik bagi siswa.

Monday, November 17, 2008

KEPEMIMPINAN

kaderisasi kepemimpinan merupakan hal yang telah dilakukan di Yayasan Darul Abidin yang diperakarsai oleh Dra. Dumilah Ayuningtyas MARS, Yessy Yanita, M.Pd, Endah Tri Kusumawati, M.Pd dan M Hary Widi Asmoro, S.Pd. tujuan dari kaderisasi ini persiapan regenerasi kepemimpinan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pendidikan di lingkungan yayasan Darul Abidin. Yayasan sangat sadar kualitas pendidikan merupakan modal dasar bagi perkembangan/ menciptakan individu-individu berkualitas. peserta kaderisasi merupakan pilihan dari setiap individu yang merasa teman atau peserta lain sanggup dan pantas dengan didasari kopetensi yang dimilikinya. para peserta kaderisasi mendapatkan bekal berupa materi yang berhubungan dengan kepemimpinan seperti


  • Vision &Mision
  • leadership
  • Team Work Building
  • Diffusion of Innovation
  • The Quality Of Learning Process
  • A School Based Knowledge Management
  • Building Truty & Making Effektive Comunication
  • Total Quality Management

mudah-mudahan dengan adanya kaderisasi seperti ini dapat membuka wahana baru kepemimpinan yang lebih terbuka, berkualitas dan bertanggung jawab.

Foto. Endah Tri Kusumawati M.Pd. Kepala sekolah SDIT Darul Abidin Depok

Wednesday, November 5, 2008

JaM TaMbAhAn Di SDIT Darul Abidin Depok

Bidang studi program jam tambahan
- Bahasa Indonesia
- Matematika
- Ipa
- Sosial


Tujuan
- memberikan jam tambahan kepada siswa yang lebih membutuhkan
- mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan kemampuan diri
- mengembangkan kemandirian siswa
- mengembangkan kemampuan siswa dalam memenuhi standar kopetensi
- mempersiapkan siswa lebih sisp menghadapi ujian nasional
- memberikan yang terbaik bagi siswa dan sekolah untuk mendapatkan hasil yang optimal

Kriteria peserta program jam tambahan
Hasil evaluasi guru kelas, yang menunjukkan siswa kurang mampu memahami kosep dasar
Hasil evaluasi guru kelas, yang menunjukkan siswa kurang mampu memahami materi pembelajaran
Hasil evaluasi guru kelas, yang menunjukkan siswa kurang mampu mengerjalan soal-soal kompleks
Hasil evaluasi guru kelas, yang menunjukkan siswa tidak mampu mengerjakan soal-soal kompleks
Hasil evaluasi guru kelas, yang menunjukkan siswa kurang mampu mengerjakan tes harian
Hasil evaluasi guru kelas, yang menunjukkan siswa kurang mampu berkosentrasi saat PMB
Hasil evaluasi guru kelas, yang menunjukkan siswa kurang mampu berkonsentrasi saat PMB
Hasil evaluasi guru kelas, yang menunjukkan siswa kurang mampu mengikuti PMB pada kelas besar

Waktu Pelaksanan
Program jam tambahan ini kan dilaksanakan setelah satu pekan setelah pertemuan dengan OTM peserta program jam tambahan.

Teknis PMB Progran Jam Tambahan
Pembahasan dalam program jam tambahan diantaranya mengulangan materi, penguatan konsep dasar, latihan soal, dan pembahasan kisi-kisi UASBN.

Evaluasi Program
Program jam tambahan ini akan dievalusi setiap bulan setelah program dilaksanakan
Untuk pelaksanaan berikutnya.

Keberhasilan Pendidikan Sekolah

suatu keberhasilan pendidikan biasanya selalu diukur secara angka misalnya nilai, jumlah, padahal ada hal yang paling mendasar apada proses keberhasilan pendidikan khususnya di sekolah formal.
ada tiga komponen keberhasilanan pendidikan di sekolah
  1. guru /Pendidik
  2. peserta didik
  3. orang tua murid


pertama guru sebagai pendidik, kedua siswa sebagai subjek PMB, dan yang ketiga orang tua , tiga komponen tersebut saling berkaitan. Guru merupakan orang yang paling berpotensi dalam mempengaruhi sifat dan karakter, bila dilihat dari jumlah jam pada sekolah yang menerapkan system full day guru dapat berinteraksi ± 7 jam perhari, kenyamanan guru tentunya sangat mempengaruhi interaksi dengan peserta didik tersebut. Orang tua merupakan orang dewasa yang sengaja menyekolahkan putra/putrinya tentunya dengan sebuah harapan besar agar anak mereka dapat tergali potensinya dan islami, karena mereka sadar bahwa dengan keterbatasan waktu dan kemampuan mereka harus memilih sekolah yang dapat menutupi itu semua. Sehingga dalam hal ini sekolah harus dapat menjadikan dirinya menjadi rumah yang nyaman bagi ketiga komponen tersebut. Guru merasa nyaman berada disekolah dengan segala rutinitasnya, sehingga bebas berekspresi untuk mengembangkan diri, siswa bersemangat dengan guru mereka yang selalu tampil sebagai motivator dalam hidupnya dan orang tua merasa puas dengan pelayanan sekolah sehingga orang tua dapat menjalin hubungan yang baik dan menjadi mitra guru ketika peserta didik kembali kerumahnya. Saya yakin dengan hal di atas sekolah akan lebih baik lagi dan akan lebih dipercaya oleh masyarakat/orang tua yang sedang mencari tempat yang tepat untuk putra/putrinya.

Thursday, October 16, 2008

Darul Abidin hidroponik

Hidropohik merupakan sistem penanaman tumbuhan dengan media kerja air. biasanya hidhroponik digunakan pada penamaman tumbuhan hortikultura atau sayuran. darbi hidroponik merupakan salah sau program yang telah dilaksanakan di darbi. tumbuhan yang telah berhasil dibudidayakan dengan sistem hidroponik di SDIT Darul Abidin Salah satunya adalah tumbuhan sawi, dan pada saat ini Darbi Hidroponik sedang membudidayakan tumbuhan cabe, bayam merah, seledri, dan kangkung.
beberapa keuntungan hidroponik selain sebagai penunjang bahan praktek siswa:
  1. nilai jual tinggi
  2. tidak memerlu lahan tanah
  3. tidak memerlukan tanah yang luas
  4. memberi nuansa hijau di lingkungan kita.

Saturday, June 28, 2008

NILAI UASBN SDIT DARUL ABIDIN DEPOK

Alhamdulillah setelah menunggu dan bertanya-tanya selalu nilai UASBN akhirnya keluar. tepat pada tanggal 20 Juni 2008 nilai UASBN sampai di SDIT Darul Abidin yang di bawa Kepala Sekolah Endah Tri Kusumawati M.Pd. pada tanggal 21 Juni 2008 nilai itupun diumumkan kepada seluruh siswa sekaligus orang tua dalam acara Wisuda Angkatan V. hasilnya adalah Siswa SDIT Darul Abidin 100 % lulus, dengan nilai rata-rata untuk pelajaran B.Indonesia 8.8, matematika 8,1 dan IPA 8,6. mungkin hasil ini sesuai dengan tema Wisuda " Membentuk Generasi Islami Dalam Mengisi 100 Tahun Kebangkitan Nasional" mudah-mudahan hasil yang tlah dicapai oleh SDIT Darul Abidin sebagai juara 2 tingkat kota Depok untuk Negeri dan Swasta dapat memri motivasi bagi adik-adik kelasnya di masa yang akan datang sehingga SDIT Darbi dapat lebih meningkatkan prestasinya baik tingkat kota dan propinsi. terima kasih buat anak-anaku kelas 6 angkatan V

Monday, June 2, 2008

(PTK)Kontribusi Metode pembelajaran Oleh Guru Terhadap Kegairahan Belajar Peserta didik dan Daya SErap Pelajaran

KONTRIBUSI METODE PEMBELAJARAN
OLEH GURU TERHADAP KEGAIRAHAN BELAJAR PESERTA DIDIK
DAN DAYA SERAP PELAJARAN


PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :
Joko Gumilang

















SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU
DARUL ABIDIN
DEPOK
2008
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atasrahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian tindakan kelas (PTK) ini.
(PTK) ini berjudul “Kontribusi Metode Pembelajaran Oleh Guru Terhadap Kegairahan Belajar Peserta Didik Dan Daya Serap Pelajaran” yang merupakan masalah dasar dalam proses belajar mengajar.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Istri tercinta dan Raya, atas waktu yang diberikan
2. Ibu Endah Tri Kusumawati, M.Pd, atas dukungannya
3. Teman-teman guru kelas,atas kerjasamanya
4. Teman-teman guru dan sivitas DARBI
5. Anak-anak ku di kelas 6, selaku sumber inspirasi
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap (PTK) ini bermanfaat bagi yang memerlukan

PENDAHULUAN
Keberhasilan dari proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor yang merupakan komponen pembelajaran. Salah satu faktor dari komponen pembelajaran adalah faktor guru sebagai pembina peserta didik.salah satu keberhasilan dari pembelajaran, guru berupaya menciptakan suasana kegairahan belajar peserta didik,yang dapat ditimbulkan baik dalam situasi akademik dan non akademik.
LATAR BELAKANG
Seorang guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar (PBM) bertindak selaku pasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar yang efektif, mengembangkan materi pengajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk merespon materi belajar dan memahami tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Dalam memenuhi harapan tersebut guru dituntut mampu mengelola PBM dengan baik dan maksimal yang dapat memberikan rangsangan kepada peserta didik sehingga peserta didik tertarik untuk belajar karena memang peserta didik merupakan subjek utama dalam belajar. Kondisi belajar efektif harus diciptakan , serta memiliki motivasi untuk belajar yang diwujudkan dalam bentuk adanya kegairahan belajar pada diri peserta didik. Akibat kurangnya kegairahan belajar pada peserta didik sehingga menimbulkan berbagai pertanyaan yang mengarah pada mengapa peserta didik kurang memiliki gairah belajar, apakah gurunya membosankan dalam menyampaikan materi, apakan sistem dan budaya di lingkungan sekolah yang terlalu longgar dalam menerapkan disiplin belajar atau apakan faktor ekternal yang mempengaruhi kegairahan belajar peserta didiknya.


IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana proses belajar mengajar (PBM) terhadap peserta didik yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran?
2. Bagaimana tingkat kegairahan belajar peserta didik?
3. Bagaimana kontribusi metode pengajaran oleh guru terhadap kegairahan belajar peserta didik?

TUJUAN PENELITIAN
1. Tingkat kegairahan belajar peserta didik
2. Kontribusi metode pengajaran oleh guru terhadap kegairahan belajar peserta didik.
KEGUNAAN PENELITIAN
1. Kontribusi bagi SDIT Darul Abidin Depok.
Hasil penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana penilaian peserta didik terhadap metode mengajar yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kegairahan belajar.
2. Kontribusi bagi para pengajar, secara teoritis dan praktis dapat mengembangkan ilmu pendidikan,serta dapat melakukan peninjauan, penelaahan dan evaluasi terhadap tindakan-tindakan pembelajaran yang harus dilakukan dalam upaya menciptakan kegairahan belajar
3. Kontribusi bagi diri peneliti khususnya.

METODE DAN SIFAT PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuesioner.
Sifat penelitian adalah kuantitatif dan kualitatif ,karena akan mengkorelasikan beberapa data penunjang, metode pengajaran dan kegairahan belajar peserta didik

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran akan lebih bermakna dimana guru mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat membangun kreatifitas untuk menguasai ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas kepercayaan akan kemampuan dan motivasi peserta didik merupakan hal yang paling dasar yang harus ditanamkan sebagai upaya untuk menciptakan semangat dan kegairahan belajar peserta didik.
Tabel 1 . Persentase Kegairahan Belajar Peserta didik di Rumah

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa hanya 45,4 % peserta didik yang sering belajar di rumah, sedangkan yang menyatakan tidak sering belajar di rumah sebesar 56,6 %, seharusnya untuk siswa kelas 6 SD hal tersebut tidak terjadi karena beban yang mereka hadapi lebih besar dari level-level kelas sebelumnya, mereka harus mendapatkan nilai yang baik yang notabene untuk jalan mereka menuju sekolah lanjutan yang mereka inginkan. Rendahnya kegairahan belajar di rumah berhubungan erat dengan tiga komponen yaitu, guru, bidang studi dan lingkungan. Interaksi yang tidak sehat dari 3 komponen tersebut dapt meneyebabkan rendahnya kegairahan belajar peserta didik di rumah. Guru merupakan komponen terpenting dalam proses PBM, guru harus mampu menjadi motivator peserta didik dan memberi rangsangan kepada peserta didik untuk tertarik belajar baik di sekolah itu sendiri atau pun di rumah. Rangsangan yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, salah satunya dapat diwujudkan dari sikap saat guru mengajar, karena sikap saat guru mengajar terbukti sangat mempengaruhi pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran, hal ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Sikap Guru yang Dapat Membantu Peserta Didik Memahami Pelajaran.
Dari tabel 2. dapat dilihat, bahwa sikap guru yang dapat membantu pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran sangat bervariasi, 15,9 % peserta didik memilih sikap guru yang tidak mudah marah. Hal ini dapat disebabkan karena dengan sikap tidak mudah marah akan tercipta iklim belajar yang santai, hangat, sehingga menimbulkan suasana hati yang tenang dan positif. Collin Rose (1999) dalam buku ” Kuasai Lebih Cepat” menyatakan bahwa suasana hati yang tenang dan positif merupakan kunci utama sebelum memulai belajar. Guru yang mudah marah akan menciptakan suasana pembelajaran yang tegang, sehingga membuat peserta didik dalam keadaan stress, jika peserta didik stress informasi tidak akan pernah mencapai otak, informasi akan tersaring (otak tiba-tiba terasa kosong) sehingga lebih sedikit informasi baru yang diterima oleh otak, dan belajarpun menjadi tidak efektif . dari tabel 2. juga dapat dilihat sikap pendidik yang paling dominan dipilih peserta didik adalah ramah, suka becanda, bisa diajak ngobrol tetapi serius (52,3 %). Sikap tersebut di atas dapat membantu pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran karena selain dengan sifat tersebut dapat menciptakan suasana hati yang tenang dan positif, juga dengan sikap ramah, suka becanda, bisa diajak ngobrol akan menyebabkan terbangunnya ikatan emosional antara guru dan peserta didik. Dengan adanya ikatan emosional, maka akan terbagun jembatan menuju kegairahan belajar serta, membuka jalan memasuki dunia baru peserta didik, memudahkan pengelolaan kelas dan memperpanjang waktu Fokus sekaligus meningkatkan kegembiraan. Seorang pendidik didalam melakukan pembelajaran akan mencapai hasil yang lebih tinggi jika mereka menyingkirkan segala ancaman dan selalu melibatkan emosi siswa dan membangun hubungan. Sikap suka becanda dari seorang guru dapat menghindarkan anak dari rasa bosan, karena rasa bosan akan menyebabkan peserta didik berontak dan berulah sehingga merusak suasana PBM dalam hal ini terganggunya konsentrasi belajar. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa sikap guru akan menentukan kegairahan belajar peserta didik yang secara otomatis meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang sedang dipelajari sehingga membantu dalam peningkatan daya serap mata pelajaran Tabel 3. Guru Bidang Studi yang Paling Mudah Dipahami Saat mengajar

Bila dilihat dari tabel 3. guru bidang studi IPA mendapatkan hasil tertinggi sebesar 45.4 % dan bila dihubungkan dengan sikap mengajar pada tabel 4. guru bidang studi IPA yang paling dinilai sebagai guru yang menyenangkan (36,1 %), bisa bertukar pendapat (34,5 %), dan suka becanda (39,3 %). Hasil ini menunjukkan metode guru bidang studi IPA pada saat mengajar membantu peserta didik untuk mudah memahami pelajaran pada saat PBM.

Tabel 5. Mata Pelajaran yang Paling Mudah Dipahami
Dari tabel 5. dapat disimpulkan bahwa metode guru yang dapat membuat peserta didik menrasa nyaman dan menyenangkan akan meningkatkan pemahaman saat proses belajar berlangsung dan yang paling utama dapat meningkatkan pula daya serap pelajaran dalam hal ini sesuai dengan data daya serap pelajaran mata pelajaran pada tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6. Daya Serap Mata Pelajaran

KESIMPULAN

Dari hasil PTK ini dapat disimpulkan :
1. Metode pengajaran guru berpengaruh kepada daya serap pelajaran
2. Metode atau sikap guru menyampaikan materi pembelajaran secara menyenangkan dapat meningkatkan daya serap pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Rose, C. 2003. K-U-A-S-A-I Lebih Cepat. Penerbit. Kaifa
Sampurno, A. 2008. 7 Kebiasaan Guru
Supriyadi. 2005. Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Universitas Negeri jakarta.
Sutikno,S. 2008. Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa

Thursday, April 24, 2008

3 pekan terakahir

Tidak terasa UASBN tingkat Sekolah Dasar akan segera digelar, perasaan khawatir selalu ada,meskipun keyakinan siswa/siswi kami mampu berikan yang terbaik.
ayo nak, tunjukkan bahwa kamu bisa berikan yang terbaik .
tiga pekan terakhir ini, hal yang kami lakukan khususnya untuk peljaran IPA adalah persiapan mental peserta didik, membuat mereka tenang dan membangun kepercayaan diri mereka. pengulangan materi pembelajaran tidak lagi dilakukkan di dalam kelas melainkan di ruang perpustakan dengan media VCD materi terkait.
do'a bapak joko selalu untuk kalian semua. ingat !!! kita sama-sama tersenyum bahagia di hari WISUDA.

Saturday, April 19, 2008

membuat anak senang belajar

Beberapa tips di bawah ini SANGAT MENENTUKAN dan EFEKTIF diterapkan supaya anak SUKA BELAJAR:
1. SUASANA YANG MENYENANGKAN adalah SYARAT MUTLAK yang diperlukan supaya anak suka belajar. Menurut hasil penelitian tentang cara kerja otak, bagian pengendali memori di dalam otak akan sangat mudah menerima dan merekam informasi yang masuk jika berada dalam suasana yang menyenangkan.
2. Membuat ANAK SENANG BELAJAR adalah JAUH LEBIH PENTING daripada menuntut anak mau belajar supaya menjadi juara atau mencapai prestasi tertentu. Anak yang punya prestasi tapi diperoleh dengan terpaksa tidak akan bertahan lama. Anak yang bisa merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan sangat mempengaruhi kesuksesan belajarnya di masa yang akan datang.
3. Kenali tipe dominan CARA BELAJAR ANAK, apakah tipe AUDITORY (anak mudah menerima pelajaran dengan cara mendengarkan), VISUAL (melihat) ataukah KINESTHETIC (fisik). Meminta anak secara terus menerus belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan tipe cara belajar anak nantinya akan membuat anak tidak mampu secara maksimal menyerap isi pelajaran, sehingga anak tidak berkembang dengan maksimal.
4. Belajar dengan JEDA WAKTU ISTIRAHAT setiap 20 menit akan JAUH LEBIH EFEKTIF daripada belajar langsung 1 jam tanpa istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan mulai menurun daya konsentrasinya. Jeda waktu istirahat 1-2 menit akan mengembalikan daya konsentrasi anak kembali seperti semula.
5. Anak pada dasarnya mempunyai naluri ingin mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi SANGAT ANTUSIAS dan SEMANGAT untuk belajar jika isi/materi yang dipelajari anak SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK. Anak akan menjadi mudah bosan jika yang dipelajari terlalu mudah baginya, dan sebaliknya anak akan menjadi stress dan patah semangat jika yang dipelajari terlalu sulit. ---

Wednesday, April 9, 2008

minta tolong

bagi yang mengetahui tentang program beasiswa S2, bagi guru atau umum, tolong di informasikan. terima kasih...
mudah-mudahan info dari anda sebagai jalan wujudkan cita-cita selama ini.

Saturday, March 22, 2008

Penelitian Daya Serap Mata Pelajaran

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara sukarela, dilakukan di kelas 6 SDIT darul Abidin, dengan metode survey dengan 44 responden.
dari penelitian ini akan diketahui perubahan minat belajar siswa dari kelas sebelumnya, pelajaran yang paling mudah dimengerti, yang paling sulit dimengerti, sikap guru yang paling disukai oleh siswa sehinggga meningkatkan daya serap mata pelajaran penelitian tindakan kelas ini berjudul :
KONTRIBUSI METODE PENGAJARAN TERHADAP KEGAIRAHAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG BERPENGARUH KEPADA DAYA SERAP MATA PELAJARAN
hasilnya menyusul yah....doakan aja biar lancar selalu

Saturday, March 1, 2008

Perkembangan anakku

Mengamati seorang anak yang sedang berkembang
merupakan hal yang sangat menarik. Ia berkembang dari
bayi yang sedang terlentang pasif, kemudian dapat
tengkurap, duduk, berdiri, berjalan sampai
berlari-lari dengan aktif. Dari tidak mengerti
apa-apa, mengoceh, kemudian dapat berbicara. Proses
perkembangan otak yang optimal sesuai dengan tahapan
umurnya.
Perkembangan dapat dibagi menjadi perkembangan motorik
kasar, perkembangan pemecahan masalah visuo-motor yang
merupakan gabungan fungsi penglihatan dan motorik
halus, perkembangan bahasa dan perkembangan sosial.
Sebenarnya perkembangan seorang anak merupakan suatu
kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata
hanya untuk memudahkan pengamatan, diagnosis dan
penanganan bila terdapat suatu penyimpangan.
Hubungan perkembangan motorik kasar dengan kecerdasan
di kemudian hari sangat sedikit, anak yang menderita
redartasi mental tidak selalu mengalami keterlambatan
perkembangan motorik kasar sedangkan anak dengan
perkembangan motorik kasar yang sangat cepat belum
tentu merupakan anak yang cerdas. Mengenai
perkembangan motorik kasar tidak dibicarakan hari ini.

Sesuai topik Autisma, yang penting diketahui adalah
perkembangan bahasa dan pemecahan masalah visuo-motor.
Kedua jenis perkembangan ini sangat berhubungan dengan
kemampuan intelek di kemudian hari.
B.Perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah
visuo-motor
Perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah
visuo-motor adalah kemampuan tangan dan jari-jari
serta koordinasi mata-tangan untuk memanipulasi
lingkungan. Sebagai contoh, misalnya seorang bayi
melihat suatu benda yang menarik perhatiannya
(visual). Ia berpikir bagaimana cara mendapat benda
yang menarik tersebut (kecerdasan). Ia akan merangkak
mendekati benda tersebut (lokomosi dan postur),
kemudian meraih benda tersebut dengan jari-jarinya dan
benda tersebut dimasukkan ke mulutnya (motorik halus).
Jelaslah bahwa kemampuan ini dipengaruhi oleh
matangnya fungsi motorik berupa postur dan koordinasi
saraf-otot yang baik, fungsipenglihatan yang akurat
dan kecerdasan. Kemampuan memecahkan masalah
visuo-motor merupakan indikator yang baik dari
intelegensi si kemudian hari. Bila ada gangguan, harus
dibedakan apakah penyebabnya motorik, gangguan
penglihatan atau kecerdasan.
Kontrol tangan dimuali dari bahu yang menghasilakan
gerak lengan yang kasar, menjadi gerak siku yang baik
dan akhirnya gerak pergelangan tangan dan jari-jari.
Gerak mengambil benda dimulai dari mengambil dengan
genggaman seluruh tangan kemudian menggunakan
jari-jari untuk melakukan pincer grasp (menjumput
dengan dua jari).
B.1. Tahapan perkembangan motorik halus dan pemecahan
masalah visuo-motor
Visual
Fiksasi pandangan lahir
Mengikuti benda melaui garis tengah 2 bulan
Mengetahui adanya benda kecil 5 bulan

Motorik Halus
Telapak tangan terbuka 3 bulan
Menyatukan kedua tangan 4 bulan
Memindahkan benda antara kedua tangan 5 bulan
Meraih unilateral 6 bulan
Pincer grasp imatur 9 bulan
Pincer grasp matur dengan jari 11 bulan
Melepaskan benda dengan sengaja 12 bulan

Pemecahan Masalah
Memeriksa benda 7-8 bulan
Melemparkan benda 9 bulan
Membuka penutup mainan 10 bulan
Meletakkan kubus di bawah gelas 11 bulan


Menggambar
Mencoret 12 bulan
Meniru membuat garis 15 bulan
Membuat garis spontan 18 bulan
Membuat garis horisontal dan vertikal 25-27 bulan
Meniru membuat lingkaran 30 bulan
Membuat lingkaran spontan tanpa melihat contoh 3 tahun


Melaksanakan Tugas
Memasukkan biji ke dalam botol 12 bulan
Melepaskan biji dengan meniru 14 bulan
Melepaskan biji spontan 16 bulan


Menyusun Kubus (gunakan kubus dengan sisi 2,5 cm)
Menyusun 2 kubus 15 bulan
Menyusun 3 kubus 16 bulan
Kereta api dengan 4 kubus 2 tahun
Kereta api dengan cerobong asap 2,5 tahun
Jembatan dari 3 kubus 3 tahun
Pintu gerbang dari 5 kubus 4 tahun
Tangga dan dinding dari beberapa kubus tanpa melihat
contoh 6 tahun


Makan
Makan biskuit yang dipegang 9 bulan
Minum dari gelas sendiri/menggunakan sendok 12 bulan


Berpakaian
Membuka baju sendiri 24 bulan
Memakai baju 36 bulan
Membuka kancing 36 bulan
Memasang kancing 48 bulan
Mengikatkan tali sepatu 60 bulan

B.2. Keterlambatan perkembangan motorik halus Adanya
keterlambatan harus difikirkan bila ditemukan hal
berikut :

* Tidak mau memegang atau mengenal benda yang
diletakkan di tangannya pada usia 4 bulan
* Tangan tetap terkepal erat sampai usia 4-5 bulan
* Tidak dapat melakukan gerak menjumput benda kecil
dengan ujung jari sampai 1 tahun
* Tidak dapat melepaskan benda kecil ke dalam gelas
usia 18 bulan
* Tetap bermain dengan jari sampai usia 6-7 bulan
* Tetap memasukkan benda ke dalam mulut disertai
ngiler berlebihan sampai usia 2 tahun

Pada anak yang agak besar, gangguan perkembangan
pemecahan masalah visuo-motor dapat diperiksa secara
bermain dengan anak. Gunakan kubus berukuran 2,5 cm
untuk menguji kemampuan anak. Uji lain dapat dilakukan
dengan menggambar menggunakan crayon. Beberapa
gangguan gerak dapat merupakan bagian dari suatu
kelainan saraf.

* Gerakan seperti mencuci tangan terus menerus pada
anak perempuan dapat merupakan ciri sindrom Rett,
suatu kelainan yang ditandai kemunduran mental seorang
anak.
* Gerakan tangan seperti melambai-lambai disisi tubuh
dapat menjadi salah satu autisma.
* Anak yang bermain monoton dapat menjadi ciri
autisma.

C.Perkembangan bahasa

Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di
antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa
bersama fungsi perkembangan pemecahan masalah
visuo-motor merupakan indikator yang paling baik dari
ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Gabungan
kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi
perkembangan sosial. Perkembangan bahasa memerlukan
fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah
kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap
seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya,
mengerti maksud mimik dan nada suara dan akhirnya
mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan
anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi
preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi
dengan ekpresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya
dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal.
C.1. Fungsi berbahasa pada bayi baru lahir

Fungsi reseptif terlihat dengan adanya reaksi terhadap
suara. Hal ini pada mulanya bersifat refleks. Kemudian
ia memperlihatkan respons motorik berupa terdiam kalau
mendengar suara, mengedip, atau seperti gerak
terkejut. Fungsi ekspresif muncul berupa mengeluarkan
suara tenggorok misalnya bertahak, batuk dan menangis.
Fungsi suara tenggorok berangsur menghilang umur 2
bulan, digantikan dengan suara "ooo-ooo". Senyum
sosial telah dapat dilihat pada umur 5 minggu dengan
berbicara atau mengelus pipinya. Senyum simetris,
tidak seperti senyum asimetris yang dapat terlihat
pada saat anak buang air besar atau kecil yang disebut
sebagai meringis. Reaksi orientasi terhadap bunyi
seperti respons motorik, mengedip atau gerakan seperti
kaget merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
C.2. Fungsi berbahasa pada umur 2-12 bulan

Pada umur 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara
"ooo-ooo" dengan irama yang musikal. Pada umur 4
bulan, terdengar suara "agguuu-aguuu". Pada umur 6
bulan terdengar anak dapat menggumam. Pada umur 8
bulan ia dapat mengucapkan "dadada" lalu menjadi
"dada" yang belum berarti, disusul "dada" yang
diucapkan saat ia melihat ayahnya. "Mama" akan muncul
lebih belakang. Ia dapat mengerti "Tidak boleh!" yang
disertai suara nada tinggi pada umur 9 bulan. Pada
umur 11 bulan ia dapat mengucapkan kata pertama yang
benar, disusul kata kedua pada umur 1 tahun. Orientasi
terhadap bel dapat digunakan untuk menguji kemampuan
reseptif dan orientasi. Pada umur 5 bulan ia menoleh
tetapi tidak menatap kepada suara. Umur 7 bulan
menoleh dan menatap sumber suara. Umur 10 bulan ia
mencari dan menatap sumber suara. Bel tidak dapat
digunakan untuk menguji pendengaran dengan baik.
C.3. Fungsi berbahasa 12-18 bulan

Antara 12-15 bulan terdengar munculnya kata-kata baru
sebanyak 4-6 kata. Dapat terdengar pula immature
jargoning yaitu anak berbicara dalam bahasa yang aneh,
atau mencoba mengucapkan kalimat berupa suara yang
tidak jelas artinya. Antara 16-17 bulan, ia sudah
dapat menguasai 7-20 kata jargoning menjadi lebih
matang yang ditandai munculnya kata yang benar
diantara kata yang tidak benar. Pada usia 18 bulan, ia
dapat mengucapkan kalimat pendek yang susunannya belum
benar misalnya :"Joni minta", "Kasih joni", "minta
susu".
C.4. Fungsi berbahasa setelah 18 bulan

Pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata mencapai 50
kata, dan ia dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2
kata. Ia sudah menggunakan kata "saya"’ kamu walaupun
seringkali belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata
"saya", "kamu" sudah benar. Pada umur 3 tahun ia
menguasai 250 kata dan dapat membentuk kalimat terdiri
dari 3 kata. Pada umur 4 tahun ia mulai bertanya
mengenai arti suatu kata, terutama yang abstrak. Ia
dapat bercerita dan menggunakan kalimat terdiri dari
4-5 kata.
Reseptif
Bereaksi terhadap suara lahir
Tersenyum sosial 5 minggu
Orientasi terhadap suara 4 bulan
Menoleh kepada suara bel
- Fase I 5 bulan
- Fase II 7 bulan
- Fase III 9 bulan
Mengerti perintah "Tidak boleh" 8 bulan
Mengerti perintah ditambah mimik 11 bulan
Mengerti perintah tanpa mimik 14 bulan
Menunjuk 5 bagian badan yang disebutkan 17 bulan


Ekspresif
Oooo-ooo 6 minggu
Guu, guuu 3 bulan
a-guuu, a-guuu 4 bulan
Mengoceh 4-6 bulan
Dadadada (menggumam) 6 bulan
Da-da tanpa arti
Ma-ma tanpa arti 8 bulan
Dada 10 bulan
Ma-ma
Kata pertama selain mama 11 bulan
Kata kedua 12 bulan
Kata ketiga 13 bulan
4-6 kata 15 bulan
7-20 kata 17 bulan
Kalimat pendek 2 kata 21 bulan
50 kata
Kalimat terdiri dari 2 kata 2 tahun
250 kata
Kalimat terdiri dari 3 kata 3 tahun
Kalimat terdiri dari 4-5 kata
Bercerita Menanyakan arti suatu kata Menghitung sampai
20 4 tahun

C.5. Keterlambatan, disosiasi dan deviansi

Kemungkinan adanya kesulitan berbahasa harus
difikirkan bila seorang anak terlambat mencapai
tahapan unit bahasa yang sesuai untuk umurnya. Unit
bahasa tersebut dapat berupa suara, kata, dan kalimat.
Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan
tata bahasa, yaitu bagaimana suara membentuk kata,
kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya.
Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan
merupakan kelainan perkembangan yang paling sering
terjadi. Sebanyak 1% anak uang mengalami keterlambatan
bicara tetap tidak dapat bicara. Tiga puluh persen
diantara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan
sembuh sendiri, tetapi 70% diantaranya akan mengalami
kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai
kesulitan belajar lainnya. Kemampuan berbahasa sangat
terlambat bila :

* Bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu
* Bayi tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada
usia 3 bulan
* Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8
bulan
* Tidak bicara sampai usia 15 bulan
* Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan

Disosiasi ditandai perbedaan yang bermakna antara
kecepatan perkembangan 2 fase yang berbeda. Hal ini
penting untuk deteksi gangguan komunikasi, dimana
fungsi bahan jelas tertinggal dari fungsi pemecahan
masalah. Pada retardasi mental, keduanya terlambat
sedangkan pada gangguan motorik yang disebut sebagai
palsi selebral fungsi motorik terlambat dibandingkan
fungsi bahasa dan pemecahan masalah. Deviansi
menunjukkkan progresi berbahasa yang tidak teratur
atau tidak menurut aturan yang seharusnya. Keadaan
inilah yang sering lolos dari pemeriksaan.
Kadang-kadang salah diagnosis sebagai kelainan jiwa.
Misalnya anak berumur 15 bulan sudah mempunyai
perbendaharaan kata 10-15 kata (kemampuan anak 18-20
bulan) tetapi tidak menunjukkan jargoning yang imatur
(kemampuan anak 14-15 bulan) terlihat juga adanya kata
yang diucapkan tetapi tidak dimengerti artinya. Pada
anak prasekolah, misalnya dapat membuat kalimat 5 – 6
kata tetapi perbendaharaan baru terbatas pada 200-300
kata (kemampuan anak berumur 2,5 tahun). Deviansi yang
hebat sering terlihat dan menjadi ciri autisma. Dalam
keadaan ini kemampuan ekspresif lebih menonjol
dibandingkan kemampuan reseptif.
C.6. Penyebab gangguan bicara dan berbahasa
*

Redartasi mental. Redartasi mental adalah kurangnya
kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain
seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab
terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi
mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai
keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah
visuo-motor.
*

Gangguan pendengaran. Anak yang mengalami gangguan
pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya.
Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada
keterlambatan bicara. Pengobatan dengan pemasangan
alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan
ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami
gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal,
perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya
normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam
akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak
tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga
seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf
degeneratif.
*

Gangguan bicara karena kelainan organ bicara. Keadaan
ini tidak dibahas disisni.
*

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan
untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan
kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia
sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya
seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat
dalam bentuk kesulitan belajar.
*

Yang paling berat adalah autisma yang merupakan
gangguan komunikasi yang paling menunjukkan deviansi.
Istilah autisma digunakan untuk ciri gangguan
berbahasa dan tingkah laku. Hal yang lebih mendalam
tentang autisma akan dibahas oleh pembicara lain.
*

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur
3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan
tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang
tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada
orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan
ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang
disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi.
Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan
komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau
sedikit rendah.
*

Deprivasi. Dalam keadaan ini anak tidak mendapat
rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah
stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan
berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit
keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana
anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga
mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan
berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan
deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf
karena kurang gizi atau child abuse.
*

Bicara dalam 2 bahasa hanya kadang-kadang saja
menyebabkan keterlambatan. Umumnya anak dapat
menguasai 2 bahasa dengan mudah.
*

Keterlambatan fungsional: Dalam keadaan ini biasanya
fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami
gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak
tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.
C.7. Cara membedakan berbagai keterlambatan berbahasa

Dengan memperhatikan fungsi reseptif, ekspresif,
kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan pola
keterlambatan perkembangan, dapat diperkirakan
penyebab kesulitan berbicara.
Diagnosis Bahasa reseptif Bahasa ekspresif Kemampuan
pemecahan masalah visuo-motor Pola perkembangan
Tuli < normal < normal normal Disosiasi
Redartasi mental < normal < normal < normal
Keterlambatan global
Gangguan komunikasi sentral < normal < normal normal
Disosiasi, deviansi
Kesulitan belajar normal, normal normal,< normal
Disosiasi
Autisma normal,< normal Tampaknya normal, normal,
selalu lebih baik dari bahasa Deviansi, disosiasi
Mutisme elektif normal normal normal,< normal
Keterlambatan fungsional normal < normal normal Hanya
ekspresif yang terganggu


Kesimpulan
Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang
anak berkembang melalui tahapan tertentu. Diantara
jenis perkembangan, yang paling penting untuk
menentukan kemampuan intelegensi di kemudian hari
adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan
masalah visuo-motor, serta perkembangan berbahasa.
Kemudian keduanya berkembang menjadi perkembangan
sosial yang merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak
berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak
mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan
perkembangan. Untuk mendeteksi keterlambatan, dapat
digunakan 2 pendekatan : Yang pertama adalah
menyerahkan kepada orang tua, nenek, guru atau
pengasuh untuk melaporkan bila anak mengalami
kesulitan berbahasa. Kerugian cara ini adalah bahwa
orang tua sering menganggap bahwa anak akan dapat
menyusul keterlambatannya dikemudian hari dan cukup
ditunggu saja, atau nenek mengatakan bahwa ayah atau
ibu juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak
yang cepat jalan akan lebih lambat bicara.
Kadang-kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari
orang tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami
keterlambatan bicara Pendekatan kedua adalah dengan
deteksi aktif, membandingkan apakah seorang anak dapat
melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku untuk
anak seusianya. Pendekatan kedua juga mempunyai
kelemahan yaitu akan terlalu banyak anak yang
diidentifikasi sebagai "abnormal" karena bicara
terlambat. Sebagian besar diantaranya memang secara
alamiah akan menyusul bicara dikemudian hari.
Kadang-kadang masih ditemukan dokter yang dengan
ringan mengatakan : "Tidak apa-apa, ditunggu saja".
Menurut hemat saya peran orang tua untuk melaporkan
kecurigaannya dan peran dokter untuk menanggapi
keluhan tersebut sama pentingnya dalam penatalaksanaan
anak. Bila dijumpai keterlambatan atau penyimpangan
harus dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah hal
tersebut merupakan variasi normal atau suatu kelainan
yang serius. Jangan berpegang pada pendapat :"Nanti
juga akan berkembang sendiri" atau "Anak semata-mata
hanya terlambat sedikit" tanpa bukti yang kuat, yang
akan mengakibatkan diagnosis yang terlambat dan
penatalaksanaan yang semakin sulit.

TEKNOLOGI PENGAJARAN

Perbedaan Pengaruh Metode Inquiry-Discovery Dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar Ipa
Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada
Siswa Sekolah Dasar Negeri
(Eksperimen Di Sekolah Dasar Kecamatan Gatak Sukoharjo)

SULARMI
NIM : S. 8102021

ABSTRAK

Sularmi. Perbedaan Pengaruh Metode Inquiry-Discovery Dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri (Eksperimen di Sekolah Dasar Kecamatan Gatak Sukoharjo). Thesis. Surakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. 2005.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1). Perbedaan pengaruh penerapan metode inquiry-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA, (2). Perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, dan (3). Interaksi pengaruh antara metode inquiry-discovery dan konvensional dengan motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling sebanyak 122 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket untuk variabel motivasi belajar siswa, serta dengan teknik tes untuk mengetahui prestasi belajar IPA. Teknik analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dengan Liliefors dan uji homogenitas dengan uji F. Taraf signifikansi penelitian sebesar 5%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) terdapat perbedaan pengaruh penerapan metode inquiry-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 67,21 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, (2) terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 13,22 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, dan 3). terdapat pengaruh interaksi antara metode (Inquiry-Discovery dan Konvensional) dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 5,41 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya.

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan saran : Pada proses pembelajaran berkelanjutan guru dapat menerapkan metode inquiry-discovery dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan penerapan pembelajaran ini siswa akan dituntut untuk berpikir kreativ dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih melekat pada siswa, kita sering mendengar melakukan lebih baik dari pada mendengarkan karena dengan melakukan siswa akan terlibat langsung sehingga siswa akan paham betul apa yang dilakukannya, selain tak kalah pentingnya adalah adanya motivasi dari siswa maupun guru dalam proses pembelajaran serta dituntut adanya guru yang profesional sehingga dapat merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga jalannya proses pembelajaran akan terjadi interaksi yang aktif sehingga akan dapat meningkatkan daya atau kemampuan pada diri siswa.

Motivasi Belajar

Motivasi Belajar Anak
Oleh: Hermawih Hasan

Beginilah cerita seorang ayah pada waktu makan malam, waktu favorit berkumpul keluarga, di mana suami, isteri dan semua anaknya hadir.
Paman papi pertama bernama Bill Gates. Ia telah bisa membuat program komputer dalam usia tiga belas tahun. Program komputer telah membuatnya terobsesi, sehingga ia merelakan kuliahnya di universitas bergengsi di Amerika.
Lain hari, ayah bercerita lagi, paman papi kedua bernama Steve Jobs, anak yang nakal pada waktu muda dan gemar elektronika. Ia meninggalkan kuliahnya dan berhasil dalam tiga industri yang berbeda yaitu musik, komputer dan film animasi.
Hari berikutnya ayah itu bercerita lagi, paman papi ketiga dan keempat bernama Sergey Brin dan Larry Page. Mereka merelakan program doktornya karena obsesinya untuk mengkomersialkan hasil riset mesin pencarinya.
Ayah itu menjelaskan bahwa tidak selamanya cerita-cerita itu disampaikan tanpa gangguan atau komentar negatif. Anak-anaknya sering nyeletuk, "Kok, paman semuanya kaya tetapi papi tidak banyak uangnya," atau "Pamannya pintar-pintar, kok papi tidak." atau "Bosan ah, cerita paman melulu."
Untuk mengurangi kebosanan, di hari yang lain sang ayah tidak bercerita lagi tentang paman-pamannya. Saudara nenek kamu bernama Ibu Teresa. Ketika diragukan niat baiknya untuk menolong ratusan ribu orang yang harus ditolong, ibu Teresa bertanya, mulai dari angka berapa kamu menghitung sampai sejuta? Ibu itu berkata, mulai dari angka satu.
Lain hari ayah itu bercerita lagi, saudara nenek yang lain bernama Grace Murray Hopper. Ia adalah wanita penemu bahasa pemrograman COBOL. Ia adalah nenek pertama yang mendapatkan pangkat Real Admiral dan wanita pertama yang masih bekerja pada usia delapan puluh tahun di angkatan laut Amerika.
Lain hari ayahnya bercerita lagi. Pada suatu hari seorang anak berlari dengan kencang sambil menangis. Ia duduk di bawah pohon yang rindang sambil meratapi nasibnya dan menangis karena selalu saja prestasi sekolahnya jauh di bawah nilai kakaknya. Tanpa sadar ia melihat pemandangan yang indah di mana tetesan air jatuh ke sebuah batu yang sangat besar. Karena penasaran ia mendatangi lebih dekat dan terkejut ketika melihat batu itu berlobang karena tetesan-tetesan air yang kecil itu. Setelah dewasa anak itu menjadi orang yang terkenal jauh melebihi kakaknya karena hasil karyanya.
Begitulah cerita sang ayah kepada anak-anaknya pada setiap acara favorit keluarga, makan malam. Dan sering juga anak-anaknya mengomel, “Ah bosan, pada suatu hari melulu.”
Hasilnya? Masih saja semangat belajar anak-anaknya jauh dari memuaskan yang tentu saja berakibat pada nilai raport mereka. Namun ayah itu tidak bosan-bosannya dan tidak kenal lelah bercerita selama berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun, walaupun hasil yang diinginkan masih belum kunjung tiba. Stok ceritanya tidak hanya yang di atas, tetapi sering juga cerita-cerita itu diulang-ulang.
Kadang-kadang, kata sang ayah kepada penulis, sering juga ia bernyanyi sebagai ganti bercerita. Nyanyian itu adalah nyanyian yang biasa dilakukan ketika anak sekolah setingkat SD mulai belajar English Grammar. (Pernah dimuat di surat kabar Kompas pada saat menceritakan seorang bintang NBA).
"Good … Better ... Best
Don’t let us rest
Until your good becomes your better
And your better becomes your best."
Ayah itu bernyanyi terus sampai suatu hari salah satu anaknya mulai mengomentari setelah kalimat “Don’t let us rest.”, " … Ih, capek dech."
Ayah itu bernyanyi dan bercerita, bernyanyi dan bercerita tanpa kenal bosan dan lelah selama berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun.
Sampai suatu hari, keajaiban datang kepada anaknya yang sulung, kata sang ayah kepada penulis. Kepala sekolah dibuat kaget dengan lonjakan drastis nilai-nilainya hanya dalam hitungan bulan. Lonjakan nilai anak itu adalah yang paling tinggi di sekolahnya. Penulis memberanikan bertanya, apakah ia ranking pertama? Ah, bukan itu yang penting, jawab sang ayah. Yang penting adalah usahanya untuk mendorong dirinya ke arah potensi terbesarnya, sang ayah menjelaskan lebih lanjut.
Mendengar cerita sang ayah, penulis menjadi sadar dan heran dengan masih banyak orang tua yang tidak atau kurang sabar dalam membimbing anak-anaknya belajar, sehingga banyak yang menggunakan kekerasan atau pemaksaan kehendak dalam memotivasi anak-anak yang masih duduk di tingkat SD.
Itu mengingatkan penulis tentang cerita antara angin dan matahari. Angin dengan kekuatannya mencoba untuk memaksa seseorang agar membuka jaketnya. Semakin angin itu berusaha dengan keras memaksanya, semakin keras orang itu memegang jaketnya agar tidak terbawa angin.
Sedangkan matahari dengan bijak menggunakan kekuatannya membujuk orang itu untuk membuka jaketnya atas keinginan sendiri. Walaupun orang itu sudah berteduh di bawah pohon yang rindang, tetapi panas teriknya matahari membuat orang itu tidak hanya membuka jaketnya tetapi juga bajunya. Matahari memberikan motivasi kepada orang itu, “Agar tidak kepanasan bukalah jaket dan bajumu”.
Penulis menjadi teringat juga tentang cerita angsa dan telur emas dalam buku "The 7 Habits of Highly Effective People" karya Steven R. Covey. Covey menyinggung cerita tentang petani miskin yang menemukan angsa yang menghasilkan telur emas. Karena ketidaksabaran dan keserakahannya, petani itu membunuh angsanya sehingga tidak lagi mendapatkan telur emasnya. Covey kemudian menghubungkan cerita itu dengan P/KP (Produksi dan Kemampuan Produksi).
Penulis menjadi teringat juga tentang teori Montessori dari buku "Kisah Sukses Google" oleh David A Vise dan Mark Malseed, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Inilah sedikit kutipan tentang teori itu.
“Kami berdua sewaktu kecil sama-sama bersekolah di sekolah yang disebut sekolah Montessori. Sistem pendidikan berdasarkan teori Montessori membiarkan anak-anak mengerjakan apapun yang mereka suka ketika mereka berusia enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas tahun. Namun setelah itu, karena hormon-hormon yang berlimpah pada anak laki-laki selewat usia itu, guru-guru sengaja memberi tugas-tugas ekstra keras kepada mereka. Sebab jika tidak demikian pikiran mereka akan teralihkan.”
Sang Ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil.
Komentar sang ayah tentang hasil mengingatkan penulis pada sebuah buku “From Good to Great” karya Jim Collin di mana ia berkomentar bahwa kegagalan justru terjadi pada kategori orang yang terlalu obsesif dengan hasil yang tidak mempunyai kesabaran dalam usahanya.
Komentar sang ayah tentang hasil mengingatkan juga tentang seorang penulis lain yang suaranya pernah sering terdengar di sebuah radio yaitu, Gede Prama dalam bukunya “Kebahagiaan yang Membebaskan”, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
“Ada yang menyebut ini dengan emptiness. Sebuah terminologi timur yang amat susah untuk dijelaskan dengan kata-kata manusia. Namun Daini Katagiri dalam Returning to Silence menyebutkan: ‘The final goal is that we should not be obsessed with the result, whether good, bad or neutral.’ Keseluruhan upaya untuk tidak terikat dengan hasil. Itulah keheningan. Sehingga yang tersisa persis seperti hukum alam: kerja, dan kerja. Dalam kerja seperti ini, manusia seperti matahari. Ditunggu tidak ditunggu, besok pagi ia terbit. Ada awan tidak ada awan matahari tetap bersinar. Disukai atau dibenci, sore hari di mana pun ia akan terbenam”
Seorang raja bijak pernah berkata, aku adalah raja di raja dengan kekayaan yang tidak akan pernah disamai oleh siapapun di dunia. Tetapi kekayaan ternyata sia-sia. Aku adalah raja dengan kekuasaan besar. Tetapi kekuasaan ternyata sia-sia. Tetapi aku berkata kepadamu, berbahagialah orang yang makan minum dari hasil kerjanya. Berbahagialah orang yang mencintai pekerjaannya. Kerja dan kerja dan kerja seperti matahari yang pasti terbit dan terbenam.
Sang Ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil.
Penulis menjadi penasaran dengan anak-anak yang lain dari sang ayah, kemudian bertanya, Bagaimana hasilnya dengan anak yang lain? Hasil lagi, hasil lagi, celetuk sang ayah. Mungkin karena tidak tega, sang ayah kemudian meneruskan, setiap anak mempunyai potensi yang berbeda dan hasilnya juga jangan diharapkan sama antara anak yang satu dengan yang lain. Tetapi herannya peningkatan motivasi belajar kedua anak tersebut dimulai di umur yang sama yaitu sebelas tahun.
Sekarang kata sang ayah kepada penulis, justru sang ayah yang takut akan motivasi anaknya karena anaknya sering bangun sebelum pukul empat pagi hari karena selalu cemas hasil belajarnya kurang cukup. Terpaksa ayahnya bernyanyi lagi:
"Good … Better ... Best
Don’t let us rest
Until your good becomes your better
And your better becomes your best."
Usaha terbaikmu anakku, usaha terbaikmu. Setelah melakukan itu jangan cemas akan hasilnya, demikian kata sang ayah kepada anaknya.
Pada waktu makan malam, acara favorit keluarga, sang ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil seperti matahari yang pasti akan terbit dan terbenam.

Monday, February 25, 2008

Tuesday, February 19, 2008

Try Out I JSIT Indonesia

SDIT Darul Abidin Kota Depok kembali mengikuti kegiatan try out. pada kali ini soal berasal dari JSIT Idonesia. mata pelajaran yang diujikan adalah B.Indonesia, Matematika dan IPA, karena mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang diujikan pada UASBN(Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional)Hal ini bertujuan membiasakan siswa-siswi mengerjakan soal secara teknis dan membiasakan menemukan jenis-jenis soal sesuai indikator yang lebih variatif.mudah-mudahan hasilnya cukup intimewa

Tuesday, February 12, 2008

"Kebiasaan Menonton TV "hasil karya Reza Qorib (SDIT Darul Abidin)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV. Data tahun 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun. Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja, oleh karena itu harus betul-betul diseleksi. Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul yang ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam. Selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman. Sayangnya banyak tayangan TV yang sama sekali tak baik bagi perkembangan anak. Sebuah penelitian regional yang melibatkan anak-anak Kanada, Australia, Amerika dan Indonesia dalam hal menonton televisi mendapatkan hasil menarik. Anak Indonesia adalah penonton TV terlama, disusul Amerika, Australia dan paling rendah Kanada. Hal ini tak lepas dari perubahan gaya hidup masa kini yang dianut sebagain besar orang tua di Indonesia: Sibuk bekerja, pengasuhan anak diserahkan kepada pengasuh serta berbagai faktor lain yang mengiringi.
Menonton televisi tampaknya membawa dampak negatif pada perkembangan anak dibanding dampak positif. Dari televisi anak-anak dapat menyaksikan semua tayangan, bahkan termasuk yang belum layak ditonton anak, mulai kekerasan dan kehidupan seks. Rata-rata anak usia 2 sampai 11 tahun menonton lebih dari 27 jam siaran televisi per minggu yang tidak diawasi dengan baik, karena kegiatan lain dari anak-anak diluar nonton televisi hanya tidur, dan karena kita yakin bahwa kebanyakan orang tua tidak sadar akan kebebasan media yang kurang baik atas anak-anak.

Berdasarkan informasi di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui kebiasaan menonton televisi pada anak sekolah dasar dengan langsung melakukan survei. Pada survei ini penulis memilih SDIT darul Abidin sebagai tempat melaksanakan survei, karena alasan kepraktisan dan kemudahan dalam melaksanakan survei.

1.2. Tujuan Pembahasan
Dalam karya tulis ini penulis membahas:
1. Waktu kebiasaan menonton televisi
2. Acara kegemaran dalam menonton televisi
3. Jarak menonton televisi di rumah
4. Kebiasaan main game

1.3. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup karya tulis ini mengenai ”Kebiasaan Siswa Kelas 5 & 6 SDIT Darul Abidin menonton televisi. Pada survei ini tidak membahas dampak positif dan negatif menonton televisi terhadap hasil belajar siswa SDIT Darul Abidin. Penulis hanya membatasi membahas kebiasaan menonton televisi dan juga ingin mengetahui pengetahuan siswa mengenai dampak positif dan negatif dari menonton televisi.

1.4. Sumber Data
Populasi : Siswa kelas 5 dan kelas 6 SDIT Darul Abidin
Sampel : Siswa kelas 5 Madinah dan siswa kelas 6 Madinah SDIT
Darul Abidin





BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengaruh Media Terhadap Anak
Pengaruh Media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih dan intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton Televisi ketimbang melakukan hal lainnya. Selama menonton Televisi anak mempelajari kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Anak lebih suka duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan anak dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain.
Acara televisi bisa dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:
1. Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi.
2. Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton.
3. Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.

2.2. PENGARUH NEGATIF MENONTON TELEVISI PADA ANAK
1. Berpengaruh terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun.
Dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
2. Mendorong anak menjadi konsumtif.
Menurut taksiran, rata-rata anak menonton 20.000 info komersil per tahun. Tidak seperti anak dewasa yang sering mematikan suara info komersil, namun anak-anak menyukai iklan TV. Mereka suka apa yang akan diucapkan bahkan terpengaruh terhadap iklan yang ditayangkan. Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.
3. Kekerasan dan Sifat Agresif
Dr. Jay Martin dari Universitas Southern California menemukan bahwa "dalam studi beberapa tahun atas 732 anak, konflik dengan orang tua, perkelahian sesama anak, dan kejahatan remaja, ternyata ada korelasinya dengan jumlah jam menonton televisi".
4. Mengurangi semangat belajar.
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar. Terdapat bukti bahwa terlalu banyak menonton televisi berdampak buruk pada keberhasilan prestasi sekolah. Menurut Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA (K) mengutip hasil penelitian Hancox RJ. Association of Television Viewing During Childhood with Poor Educational Achievement. Arch Pediatr Adolesc Med 2005, bahwa menonton TV saat masa anak dan remaja berdampak jangka panjang terhadap kegagalan akademis umur 26 tahun. Sedangkan penelitian lain mengenai pengaruh TV terhadap IQ anak didapatkan hasil bahwa anak di bawah 3 tahun yang rajin menonton televisi setiap jamnya ternyata hasil uji membaca turun, uji membaca komprehensif turun, juga memori. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa menonton TV pada anak di bawah 3 tahun hanya membawa lebih banyak dampak buruk dibanding efek baiknya. Anak yang sering menonton TV juga mengalami masalah pada pola tidurnya, seperti terlambat tidur, kurang tidur bahkan tak bisa tidur, cemas tanpa sebab, terbangun malam dan mengantuk pada siang hari.
5. Membentuk pola pikir sederhana.
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya. Dr. Hardiono memaparkan, hanya dari menonton televisi saja otak kehilangan kesempatan mendapat stimulasi dari kesempatan berpartisipasi aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain, bermain kreatif dan memecahkan masalah. Selain itu TV bersifat satu arah, sehingga anak kehilangan kesempatan mengekplorasi dunia tiga dimensi serta kehilangan peluang tahapan perkembangan yang baik.
6. Berkurangnya Permainan Imaginatif & Kreativitas Anak.
Sedikit orang dewasa yang menyadari bahwa televisi sepenuhnya mengubah bagaimana anak menghabiskan waktu mereka. Anak-anak di waktu yang lalu menghabiskan banyak waktu mereka dengan bermain dan cari tahu situasi luar sekitar mereka. Dewasa ini, anak-anak menghabiskan waktu dengan mata mereka di depan televisi dan duduk diam di ruang keluarga. Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Anak-anak yang seharusnya ke luar rumah untuk mengalami kotor dan capek bermain, hanya jadi menggerakkan kelopak mata mereka ketika duduk berjam-jam di depan pesawat televisi. Ada bukti yang menunjukkan bahwa televisi mempengaruhi kemampuan menyenangkan diri sendiri dan melumpuhkan kemampuan mengemukakan pendapatnya secara logis dan sensitif. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.
7. Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan).
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan. Dr. Robert Klesges, seorang peneliti pada Memphis State University menemukan bahwa anak-anak yang menonton TV cenderung menghabiskan lebih sedikit kalori per menit -- tidak hanya lebih sedikit dari mereka yang membaca atau "tidak melakukan apa-apa" -- kenyataannya, se-sedikit kalori yang digunakan oleh anak-anak yang tidur." Semakin berat badan seorang anak, semakin serius pengaruhnya. Dr. Klesges menyarankan dengan jelas. "Kelihatannya bijaksana bagi orang yang memiliki masalah berat badan untuk mengurangi waktu mereka didepan pesawat televisi dan melakukan sesuatu yang lebih membutuhkan.". Dr. Endang Darmoutomo, MS, SpGK, dalam seminar yang diselenggarakan 'Dancow Parenting Center' beberapa waktu lalu mengungkapkan kecenderungan menonton tv terlalu lama akan meningkatkan angka obesitas pada anak-anak. Satu jam nonton tv misalnya, akan meningkatkan obesitas sebesar 2%, karena anak yang menonton televisi . lebih banyak ngemil dan tak melakukan aktivitas olah tubuh. Hal yang sama berlaku bagi anak yang lebih suka bermain games atau komputer dibanding anak yang bermain-main di luar bersama teman-teman. "Saat nonton tv atau main game, terjadi ketidakseimbangan energi yang masuk dan yang digunakan. Saat anak nonton tv, kalori yang dibakar hanya 36 kkal/jam, padahal apa yang dia konsumsi jauh melebihi kalori yang digunakan. Obesitas tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan karena mengundang berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, gangguan sendi, penyakit jantung koroner hingga stroke saat anak dewasa, namun juga dapat mengganggu psikologis anak. obesitas akan terbawa saat anak dewasa jika tak ditangani secara baik. Mungkin ia akan merasa malu, rendah diri, bahkan merasa tak berharga karena memiliki tubuh 'berbeda' dibanding teman-teman di lingkungannya.
8. Berkurangnya Waktu Bersama Keluarga dan Berkomunikasi
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda. Suatu studi Michigan State University menunjukkan "ketika anak berumur empat dan lima tahun dimana mereka ditawarkan pilihan antara berhenti nonton televisi atau tanpa bersama ayah mereka, sepertiga memilih lebih baik tanpa bersama ayah". Dalam studi yang lain dikatakan, "rata-rata anak umur lima tahun menghabiskan waktu hanya 25 menit seminggu bercengkerama dengan ayah mereka tapi 25 jam seminggu berinteraksi dengan TV." Orangtua sering menyesal tidak dapat menyediakan waktu cukup untuk anak-anak mereka. Tapi "dua pertiga" berkata mereka mungkin akan menerima pekerjaan yang menawarkan gaji lebih tinggi atau prestise lebih besar kendati hal itu menyebabkan mereka berada lebih banyak di luar rumah. " Terjepit dalam waktu yang membatasi jumlah jam untuk interaksi keluarga, sama masalahnya adalah rata-rata penyalahgunaan TV oleh keluarga. Dengan kata-kata yang agak keras seorang penulis, "Orangtua telah menyalahgunakan anak-anak untuk keuntungan mereka dengan membuat TV menjadi seperti pengasuh anak (baby sitter)." Orang tua mereka tidak lagi berusaha menyediakan waktu untuk mereka. Kenyataannya, acara TV yang tidak bisa diatur dengan baik telah menjadi kesukaran utama dalam membina hubungan yang baik pada jutaan rumah orang Amerika
9. Matang secara seksual lebih cepat.
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika. Dalam usaha memperluas dan mendapat pilihan program yang lebih baik, mayoritas orang Amerika sekarang ini telah berlangganan TV kabel. Namun, pengawasan yang lebih baik bukan diperoleh dari iuran bulanan. Kenyataannya, dari studi atas 450 anak kelas 6 yang dilakukan oleh Prof. Godfrey Ellis dari Oklahoma State University, ditemukan bahwa 66% dari anak-anak tersebut menonton paling sedikit satu program dalam satu bulan yang berisi acara orang tanpa busana atau cerita seksual yang berat.
2.3. Upaya Untuk Mengurangi Menonton Televisi
Dengan banyaknya bukti betapa TV bisa memberikan beragam dampak buruk, banyak keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas-TV. Akibat buruk yang diberikan oleh TV tidak terbatas oleh usia, tingkat pendidikan, status sosial, keturunan dan suku bangsa. Semua lapisan masyarakat dapat terpengaruh dampak buruk dari TV, orangtua, anak-anak, kaya ataupun miskin, pintar dan bodoh, mereka dari latar belakang apa saja, tetap terkena dampak yang sama. Seharusnya instansi pemerintah, instansi pendidikan, instansi agama, keluarga dan individu semua bersama-sama mendukung program ‘Hari Tanpa TV’ ini, untuk membangun bangsa yang lebih baik. Sangat penting untuk anak mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman hidup sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butukan untuk sukses di masa yang akan datang. Bila hidup tanpa TV itu masih terlalu sulit, maka perlahan batasi dan awasi dengan saksama tontonan anak sepanjang tahun. Dengan mematikan TV, keluarga menjadi lebih dekat, akrab karena anggota keluarga mempunya waktu untuk bercengkrama.


2.4. Manfaat Hari Tanpa Televisi
Dengan TV dalam keadaan mati, kita jadi memiliki kesempatan untuk berpikir, membaca, berkreasi dan melakukan sesuatu. Untuk menjalin hubungan yang lebih menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat. Mengurangi waktu menonton TV membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain di luar, berjalan-jalan atau melakukan olahraga yang kita suka. Mengurangi waktu menonton TV memang terkesan susah pada awalnya, tapi ternyata ada ribuan hal lain yang menarik untuk dilakukan. Adapun aktifitas yang dapat dilakukan untuk mengganti kebiasaan menonton televisi adalah:
a. Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat.
Biasakan anak membaca buku. Bila sempat, orang tua menyisakan waktu setiap hari atau beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita kepada anak. Orang tua mengajak anaknya untuk membaca beragam macam bacaan dan menjadikan aktifitas membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Orang tua supaya membiasakan membawa anaknya ke perpustakaan dan menyediakan sebanyak mungkin buku yang pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama keluarga untuk menjadikan buku sebagai hadiah ulangtahun, liburan atau lebaran.
b.Bercocok tanam.
TV menjauhkan kita dari alam. Padahal banyak hal yang bisa diajarkan oleh alam, dan yang tidak bisa didapatkan dari menonton TV. Dengan mengajak anak bercocok tanam, orang tua bisa mengajarkan kepada anaknya banyak hal, sehingga anak bisa belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab.


c. Bermain.
Hidup anak pada dasarnya adalah bermain. Dengan bermain, anak belajar banyak hal.
d. Menulis surat.
Kebiasaan memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak. Dengan teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang menggunakan telepon untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih banyak hal. Selain mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko dan jasa besar pak pos), menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak senang bila menerima balasan. Jika anak mulai mengenal teknologi internet, bisa saja sarana e-mail bisa digunakan untuk melatih kebiasaan menulis.
e. Jalan-jalan.
Jalan-jalan itu mudah dan murah. Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan-jalan ke rumah teman atau sekadar berkeliling lingkungan rumah saja untuk menyapa tetangga. Jalan-jalan itu baik untuk tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan resiko terkena penyakit jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bisa mengurangi berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres. Karena dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan pada otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk lingkungan, karena bisa menghemat bahan bakar dan mencegah polusi udara.


f. Berenang.
Semua anak suka bermain air, berenang merupakan kegiatan yang sangat baik untuk anak. Selain sangat menyenangkan, berenang itu juga salah satu cara berolahraga.
g. Bersepeda.
Bersepeda merupakan salah satu kegiatan yang positif untuk anak, bila dilakukan sendirian mungkin bisa membosankan. Tapi bila bersepeda bersama teman atau keluarga, anak dapat menikmatinya. Bersepeda itu selain murah juga menyehatkan.
h. Mendengarkan radio atau membaca koran.
Anak sekarang sudah jarang sekali mendengarkan radio, apalagi membaca koran. Padahal mungin anak bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya dibanding mendengarkan berita di TV. Radio bisa melatih anak untuk mendengarkan dengan baik dan koran bisa mengajak anak untuk menambah wawasannya tentang dunia.
i. Memasak bersama ibu.
Masak-memasak bukan hanya kerjaan ’perempuan’, bila sesuai, anak lelaki pun tidak ada salahnya diajak memasak bersama. Suatu hari keahlian itu pasti berguna juga bagi anak.
j. Berolahraga.
Kadang kata olahraga terdengar berat, tapi setelah dilakukan biasanya menyenangkan. Selain jalan-jalan, bersepeda dan berenang, masih banyak lagi olahraga yang bisa dilakukan bersama keluarga.
k. Bakti Sosial.
Orang tua sering lupa mengajak anak untuk memerhatikan orang-orang tidak mampu di lingkungan sekitar. Orang tua dapat mengajak anaknya untuk bersama-sama membersihkan rumah dan lemari pakaian dari barang-barang yang tidak lagi digunakan tapi masih bagus dan layak pakai untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar rumah.
l. Rapikan rumah dan halaman.
Biasanya yang ini adalah tugas pembantu rumah tangga. Orang tua dapat mengajak anaknya untuk memerhatikan tempat tinggalnya sendiri, karena pembantu tidak selalu ada untuk melayani. Dengan demikian anak akan belajar untuk bertanggung jawab dan lebih menghargai pembantu. Lagipula, tinggal di lingkungan yang rapi dan bersih itu sehat dan menyenangkan.
m. Mengikuti les.
Pelajaran di sekolah hanya melatih otak kiri. Jangan lupa untuk melatih otak kanannya. Ambil les yang menarik dan sesuai dengan bakat anak. Mulai dari les musik dengan piano, gitar, biola, drum, atau les menari atau les-les lainnya.
n. Bercengkrama dengan keluarga
Aktifitas bercengkrama dengan keluarga merupakan kegiatan yang jarang dilakukan. Penelitian mengatakan bahwa 54% anak berusia 4-6 mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan ayahnya. Para orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40 menit perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan dengan keluarga tidak bisa dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong aktivitas sehari-hari.
o. Belajar.
Sebetulnya apapun yang kita lakukan merupakan pembelajaran. Jadi belajar itu bukan hanya lewat buku tetapi juga dari kegiatan sehari-hari. Belajar hal-hal baru yang belum kita ketahui. Belajar naik motor atau membuat sarang burung dari kayu. Belajar mengantri, belajar main basket atau belajar untuk sehari saja tidak nonton TV dulu.
p. Mengerjakan keterampilan tangan.
Banyak buku sekarang yang mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga kita bisa melakukannya secara otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam bentuk bermacam ragam, mulai dari meyulam, origami sampai membuat bunga dari sabun mandi.
q. Kebun binatang atau musium.
Mengunjungi kebun binatang selalu menyenangkan. Karena kita bisa melihat beragam binatang yang tidak biasa kita lihat sehari-hari. Selain itu, musium juga menarik untuk dikunjungi. Dari musium kita bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat langsung artifak-artifak menarik tentangnya.
2.5. Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari menonton televisi:
§ Pindahkan TV ke tempat yang tidak begitu ‘mencolok’
§ Matikan TV pada waktu makan.
§ Tentukan hari-hari apa saja dalam seminggu yang akan dilalui tanpa TV.
§ Jangan gunakan kesempatan menonton TV sebagai hadiah.
§ Berhenti berlangganan channel tambahan (cable, dll) dan gunakan uangnya untuk membeli hal-hal yang berguna lainnya, seperti buku.
§ Pindahkan TV dari kamar anak.
§ Sembunyikan remote controlnya.
§ Tidak ada TV di hari sekolah.

2.6. Dampak Positif Menonton Televisi
Perlu diingat bahwa tidak semua yang ditayangkan di TV itu buruk, walaupun sebagian besar dari acara yang ditayangkan tidak baik untuk anak. Bagaimana mendapat tontonan yang terbaik dari TV, kita harus bisa mengontrol dan memperoleh manfaat dari alat komunikasi yang bernilai ini. TV yang diprogram dengan hati-hati dapat menjadi teman yang menguntungkan. Banyak juga informasi-informasi penting yang dapat kita peroleh melalui televisi, misalnya saja film dokumener mengenai kehidupan hewan, tumbuhan serta alam, teknologi baru, berita dll.












BAB III
HASIL SURVEI

3.1. Waktu Kebiasaan Menonton Televisi

Tabel 1. Kebiasaan Menonton Televisi Setiap Hari
Waktu Nonton
Frekuensi
%
Tiap hari
44
83.0
Tidak tiap hari
9
17.0
Total
53
100.0

Tabel 2. Jumlah Hari Menonton Televisi Dalam sepekan
. Jumlah Hari Nonton
Frekuensi
%
Tiap Hari
44
83.0
3-6 hari/ minggu
6
11.3
<3 hari/ minggu
3
5.7
Total
53
100.0

Berdasarkan tabel 1 dan 2, kita dapat menyimpulkan sebagian besar anak kelas 5 dan 6 SDIT Darul Abidin( 83%) mempunyai kebiasaan menonton televisi setiap hari. Ada 11,3 % anak yang menonton Televisi 3-6 hari dalam sepekan dan hanya 5,7% anak yang menonton televisi kurang dari 3 hari/minggu. Dari hasil survei diketahui rata-rata lama menonton TV pada hari Senin sampai Jum’at 4,5 jam, sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu hampir sama yaitu 8,5 jam dan 8,6 jam berturut-turut (lihat Diagram 1.)




Diagram 1.

3.2. Jam Terakhir Menonton TV
Apabila kita lihat diagram batang di bawah ini jelas terlihat bahwa sebagian besar anak (65,3%) menonton TV sampai lewat dari jam 20.00 pada hari sekolah mereka (Senin sampai Jum’at). Ada 13% anak yang menonton TV hingga larut malam (lewat jam 22.00). Sedangkan pada hari Sabtu 80,8% anak menonton TV lewat dari jam 20.00, sebagian dari mereka (42,3%) menonton hingga larut malam, hal ini mungkin karena anak merasa esok hari mereka libur. Pada minggu malam jumlah yang menonton lewat dari jam 20.00 jam hingga 22.00 ada 67,3%, sedangkan yang masih menonton sampai melewati jam 22.00 ada 23,4% (diagram 2).







Diagram 2.
Bila dilihat rata-rata jam terakhir anak menonton TV, dapat dilihat dari diagram 3 bahwa anak menghabiskan waktu menonton TV rata-rata sampai jam 20.05 pada hari Senin- Jum’at, 20.04 pada hari Sabtu dan 20.25 pada hari minggu (diagram 3).

Diagram 3.

3.3. Acara yang Disukai di Televisi
Apabila kita melihat acara yang disukai anak di TV, hampir semua anak menyukai menonton film (94,3%), dan semua anak menyukai lawak/komedi (100%). Sekitar 70% anak menyukai kuis dan sinetron . Ada 34% anak yang suka menonton berita, 43,4% suka acara olah raga, 35,8% suka film dokumenter dan hanya 20,8% anak yang gemar menonton infotainment (diagram 4)

Diagram 4.

Apabila kita melihat lebih jauh mengenai film apa yang disukai anak, 25% anak menyukai film Naruto, 6% Hary Potter, 4% Doraemon, 19% film lainnya dan ada 47% yang menjawab tidak jelas/sesuai (diagram 5)





Diagram 5.

Pada acara komedi, lebih dari separuh anak (52%) menyukai acara Extravaganza,
40% anak suka menonton OB (Office Boy), 4% menyukai Prime time, dan 4% menjawab lain-lain (diagram 6).

Diagram 6.

Pada acara kuis, 62% anak menyukai kuis “Deal or No deal” , 8% “Superdeal 2 Milyar”, dan hanya 2% suka pada kuis “Who wants to be a Millioner” (diagram 7)

Diagram 7.

Bila melihat sinetron kesukaan, 23% menyukai sinetron Candy, 17% gemar menonton Eneng, 1% suka sinetron Aisyah, 17% menjawab lain-lain, dan ada 32% yang tidak menjawab (diagram 8)

Diagram 8.





3.4 Jarak Menonton & Ukuran Televisi

Tabel 3. Ukuran Televisi
Ukuran TV
Frekuensi
Persentase
Kecil (≤17 inch)
1
1.9
Sedang (21 inch-24 inch)
39
73.6
Besar (≥29 inch)
13
24.5
Total
53
100.0

Pada survei ini kami juga menanyakan ukuran TV dan jarak menonton TV. Sebagian besar anak (73,6%) menonton dengan ukuran TV 21- 24 inch, dan ada 24,5% dengan ukuran TV besar (≥29 inch) (tabel 3). 9,4% anak menonton TV dengan jarak sangat dekat (≤ 1 meter), 28,3% dekat (1 – 2 meter) , 60,4% jarak sedang (>2 – 3 meter) dan 1,9% jarak jauh (> 3 meter) (tabel 4).

Tabel 4. Jarak Menonton Televisi
Jarak nonton TV
Frekuensi
Persentase
Sangat Dekat (≤ 1 meter)
5
9.4
Dekat (1 – 2 meter)
15
28.3
Sedang (>2 – 3 meter)
32
60.4
Jauh (> 3 meter)
1
1.9
Total
53
100.0

3.5 . Manfaat dan Dampak Buruk Televisi.
Pada survei ini juga ditanyakan pengetahuan anak mengenai manfaat dan kerugian menonton TV dengan menggunakan pertanyan terbuka (open question). Pada pertanyaan apa manfaat menonton TV didapatkan hasil sbb: 60% anak mengatakan menonton TV menambah pengetahuan anak, 13% TV menghibur, ada 2% anak mengatakan dengan menonton TV dapat mengetahui sinetron baru dan 25% tidak menjawab (diagram 9).

Diagram 9.

Diagram 10.

Pada pertanyaan mengenai dampak buruk menonton TV, 34% anak menyatakan bahwa TV memberi pengaruh buruk pada kepribadian dan tingkah laku anak. 23% anak mengatakan menonton TV merusak mata. Sembilan persen anak mengatakan menonton TV membuat anak lupa waktu waktu dan juga 9%anak mengatakan TV membuat anak jadi bodoh (diagram 10).

3.6 . Kegemaran Main ”Game”
Pada survei ini penulis juga ingin mengetahui kegemaran anak main game, karena main game juga permainan yang juga mempunyai dampak kurang baik terhadap anak. Sebagian besar anak suka main game (96%) (tabel 5). Ada 12,5% anak mengatakan kalau mereka main game setiap hari (tabel 6). Lama anak main game bervariasi yaitu 20,8% paling lama 1 jam, sekitar 27% menjawab > 1 - 2 jam, ada 18,8% bermain > 2 - 3 jam dan sepertiga anak (33,3%) bermain game > 3 jam (table 7)

Tabel 5. Kesukaan Main Game
Kesukaan Main Game
Frekuensi
Persentase
Suka
48
96.0
Tidak
2
4.0
Total
50
100.0

Tabel 6. Kebiasaan Main Game
Kebiasaan Main Game tiap hari
Frekuensi
Persentase
Ya
6
12.5
Tidak
42
87.5
Total
48
100.0

Tabel 7. Lama Main Game
Lama main Game
Frekuensi
Persentase
0 - 1 jam
10
20.8
> 1 - 2 jam
13
27.1
> 2 - 3 jam
9
18.8
> 3 jam
16
33.3
Total
48
100.0

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survei dapat saya simpulkan bahwa Mayoritas anak kelas 5 dan 6 SDIT Darul Abidin mempunyai kebiasaan menonton televisi setiap hari. Rata-rata lama menonton TV pada hari Senin sampai Jum’at 4,5 jam, sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu hampir sama yaitu 8,5 jam dan 8,6 jam. Sebagian besar siswa kelas 5 dan 6 (65,3%) menonton TV sampai lewat dari jam 20.00 pada hari sekolah mereka (Senin sampai Jum’at), bahkan 13% dari mereka menonton TV hingga larut malam (lewat jam 22.00). Sedangkan pada hari Sabtu, 80,8% anak menonton TV lewat dari jam 20.00, sebagian dari mereka (42,3%) menonton hingga larut malam hal ini mungkin karena anak merasa esok hari mereka libur. Pada minggu malam jumlah yang menonton lewat dari jam 20.00 jam hingga 22.00 ada 67,3%, sedangkan yang masih menonton sampai melewati jam 22.00 ada 23,4%. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas 5 dan 6 masih gemar menonton TV pada malam hari walaupun esok harinya mereka harus sekolah. Bila dilihat rata-rata jam terakhir anak menonton TV, anak menghabiskan waktu menonton TV rata-rata sampai jam 20.05 pada hari Senin- Jum’at, 20.04 pada hari Sabtu dan 20.25 pada hari minggu.
Urutan acara TV dari yang paling disukai anak sampai yang kurang disukai adalah : komedi/lawak, film, kuis /sinetron, berita, olah raga, film documenter dan infotainment. Apabila kita melihat lebih jauh mengenai film apa yang paling disukai siswa kelas 5 dan 6 maka film Naruto yang paling disukai. Acara komedi yang paling banyak ditonton adalah Extravaganza. Sedangkan Acara kuis yang paling disukai adalah “Deal or No deal”. Sinetron yang paling banyak disukai adalah Candy dan Eneng. Pada pertanyaan ukuran TV dan jarak menonton TV. Sebagian besar anak menonton dengan ukuran TV 21- 24 inch dan menonton dengan jarak sedang.
Pengetahuan siswa kelas 5 dan 6 mengenai manfaat menonton TV adalah sbb: anak mengatakan menonton TV menambah pengetahuan, menghibur, dapat mengetahui sinetron baru. Sedangkan dampak buruk menonton TV, siswa menyatakan bahwa TV memberi pengaruh buruk pada kepribadian dan tingkah laku anak, merusak mata, lupa waktu dan membuat anak jadi bodoh.
Siswa kelas 5 dan 6 selain suka menonton TV juga gemar bermain game (96%). Seperdelapan anak mengatakan bahwa mereka main game setiap hari. Sedangkan lama main game bervariasi yaitu antara 1 jam sampai lebih dari 3 jam.























DAFTAR PUSTAKA
1. Turnofftv.org oleh Yayasan Kita dan Buah Hati; dan Kidia.
2. www.click2map.com“KURANGI NONTON TV, NIKMATI HIDUP!”
3. Sejauh mana TV sudah melebihi seharusnya? hanyawanita.com
4. Ariesta Forestyani, Waspada Pengaruh Televisi Pada Anak 19-11-06 05:11
Darwin Marpaung, terjemahan dari Eden Communications , How To Get the Best Out of TV by Dale and Karen Mason, diterbitkan oleh Broadman & Holman, 1996.

Bahaya Merokok oleh lusti Amalia Bahar(Sdit Darul Abidin)

Kata Pengantar


Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Karya tulis ini berjudul Mengintai Bahaya Merokok. Karya tulis ini disusun sebagai tugas akhir dan menjadi syarat kelulusan. Tujuan penulis membahas tentang Mengintai Bahaya Merokok ini adalah agar:
1.Pembaca mengetahui tentang zat-zat yang terkandung pada rokok,
2.pambaca mengetahui tentang bahaya merokok, dan
3.Agar pambaca tidak merokok lagi
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.ayah dan mama yang telah mendorong penulis menyelesaikan karya tulis ini
2.Bu heni selaku pembimbing dan wali kelas
3.teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa di sebutkan namanya satu persatu
Akhirnya, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnakan pada waktu mendatang Semoga ALLAH S.W.T meridai niat baik kita
BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Bab Pendahuluan

Penyakit yang menimpa manusia sebagian besar diakibatkan oleh tindakan manusia itu sendiri. Penyakit itu antara lain sakit maag, sakit gigi, gagal ginjal, paru-paru, dan lain-lain. Pada karya tulis yang saya buat ini akan membahas salah satu penyebab penyakit yang berkaitan dengan paru-paru. Karya tulis ini terdiri dari 3 bab. Bab I adalah bagian pembuka. Bab II terdiri dari pendahuluan, pembahasan, dan simpulan. Bab III merupakan bagian penutup, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

1.1.1 Latar Belakang

Karya tulis yang akan saya tulis berjudul MENGINTAI BAHAYA ROKOK. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus kertas atau daun. Cara menikmatinya dengan dihisap. Di dalam asap sebatang rokok terdapat lebih dari 3.800 zat kimia berbahaya, salah satunya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (beracun) yang dapat menimbulkan kanker paru-paru.(“STOP SMOKING”: Progresif Books hal 11). Para perokok biasanya sulit untuk menghentikan kebiasaannya, padahal penyakit yang disebabkan rokok dapat menyebabkan kematian. Entah mengapa perilaku kebiasaan merokok tak pernah surut baik di jalan-jalan, pasar, angkot, kantor, bahkan ada yang di sekolah. Oleh karena itu saya tertarik untuk menulis karya tulis tentang bahaya merokok.
1.1.2 Tujuan Pembahasan

Karya tulis yang berjudul MENGINTAI BAHAYA ROKOK ini saya buat bertujuan:
1. agar pembaca mengetahui tentang zat-zat yang terkandung pada rokok,
2. agar pembaca mengetahui tentang bahaya rokok, dan
3. agar pembaca tidak merokok lagi.

1.1.3 Ruang lingkup/pembatasan masalah


Karya tulis ini akan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan rokok yaitu:
1. Apa itu rokok?
2. Zat-zat yang terkandung pada rokok,
3. Bahaya rokok (bagi perokok aktif dan perokok pasif),
4. Tidak merokok = (sama dengan) kaya.

1.1.4 Sumber data/populasi dan sample


Penulisan karya tulis ini mengambil data dan informasi dari berbagai buku antara lain STOP SMOKING, internet, majalah, koran, dan wawancara langsung kepada 10 responden. Jumlah respondennya dibatasi 10 orang saja karena keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki penulis. Responden pada karya tulis ini adalah perokok aktif.
BAB II
PEMBAHASAN




2.1 Pengertian Rokok

Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm, berwarna putih dan coklat. Biasanya berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah, ditambah sedikit racikan seperti cengkeh, saus rokok, serta racikan lainya untuk menikmati sebatang rokok, perlu dilakukan pembakaran pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya yang lain.













Gambar rokok

















Biasanya rokok dijual dalam bentuk kemasan kertas, dengan dua jenis rokok yaitu yang berfilter dan tidak berfilter. Filter terbuat dari bahan busa, serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin.

Manusia pertama yang suka melakukan kegiatan merokok untuk keperluan ritual adalah suku bangsa Indian di Amerika, sekitar abad ke-16. Pada saat itu bangsa Eropa baru saja menemukan benua Amerika. Penjelajah dari Eropa ini ikut mencoba menghisap rokok. Kebiasaan merokok ini dijadikan kesenangan semata oleh bangsa Eropa, sedangkan suku bangsa Indian merokok untuk acara ritual. Pada abad 17 para pedagaang Spanyol masuk ke Turki, saat itulah kebiasaan merokok dikenal oleh negara-negara Islam. Saat itu, mereka tidak tahu akan bahayanya kebiasaan merokok ini. Ketika pada zaman Nabi, rokok belum ada maka dari itu Al-Qur’an tidak menyebutkan secara jelas aturannya, sebagaimana aturan mabuk-mabukan, berzina, dan makanan yang diharamkan. Tetapi banyak sekali penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok bisa merusak tubuh kita, dan Islam tidak mengajarkan hal itu.


2.2 Kandungan dalam Rokok


Tembakau (Nicotiana spp., L) adalah tumbuhan berdaun lebar, asalnya dari daerah Amereika Utara dan Amerika Selatan. Biasanya daun ini sering digunakan sebagai bahan baku utama rokok.




Tembakau mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoxin yang sangat ampuh jika digunakan pada serangga. Zat ini biasanya digunakan sebagai bahan utama insektisida (obat pembunuh serangga). Nikotin adalah sebuah senyawa kimia organik, merupakan sebuah alkaloid yang ditemukan secara alami di berbagai macam tumbuhan seperti tembakau dan tomat. Sebenarnya kandungan nikotin sangat pontesial sebagai racun saraf serangga.