Saturday, March 22, 2008

Penelitian Daya Serap Mata Pelajaran

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara sukarela, dilakukan di kelas 6 SDIT darul Abidin, dengan metode survey dengan 44 responden.
dari penelitian ini akan diketahui perubahan minat belajar siswa dari kelas sebelumnya, pelajaran yang paling mudah dimengerti, yang paling sulit dimengerti, sikap guru yang paling disukai oleh siswa sehinggga meningkatkan daya serap mata pelajaran penelitian tindakan kelas ini berjudul :
KONTRIBUSI METODE PENGAJARAN TERHADAP KEGAIRAHAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG BERPENGARUH KEPADA DAYA SERAP MATA PELAJARAN
hasilnya menyusul yah....doakan aja biar lancar selalu

Saturday, March 1, 2008

Perkembangan anakku

Mengamati seorang anak yang sedang berkembang
merupakan hal yang sangat menarik. Ia berkembang dari
bayi yang sedang terlentang pasif, kemudian dapat
tengkurap, duduk, berdiri, berjalan sampai
berlari-lari dengan aktif. Dari tidak mengerti
apa-apa, mengoceh, kemudian dapat berbicara. Proses
perkembangan otak yang optimal sesuai dengan tahapan
umurnya.
Perkembangan dapat dibagi menjadi perkembangan motorik
kasar, perkembangan pemecahan masalah visuo-motor yang
merupakan gabungan fungsi penglihatan dan motorik
halus, perkembangan bahasa dan perkembangan sosial.
Sebenarnya perkembangan seorang anak merupakan suatu
kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata
hanya untuk memudahkan pengamatan, diagnosis dan
penanganan bila terdapat suatu penyimpangan.
Hubungan perkembangan motorik kasar dengan kecerdasan
di kemudian hari sangat sedikit, anak yang menderita
redartasi mental tidak selalu mengalami keterlambatan
perkembangan motorik kasar sedangkan anak dengan
perkembangan motorik kasar yang sangat cepat belum
tentu merupakan anak yang cerdas. Mengenai
perkembangan motorik kasar tidak dibicarakan hari ini.

Sesuai topik Autisma, yang penting diketahui adalah
perkembangan bahasa dan pemecahan masalah visuo-motor.
Kedua jenis perkembangan ini sangat berhubungan dengan
kemampuan intelek di kemudian hari.
B.Perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah
visuo-motor
Perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah
visuo-motor adalah kemampuan tangan dan jari-jari
serta koordinasi mata-tangan untuk memanipulasi
lingkungan. Sebagai contoh, misalnya seorang bayi
melihat suatu benda yang menarik perhatiannya
(visual). Ia berpikir bagaimana cara mendapat benda
yang menarik tersebut (kecerdasan). Ia akan merangkak
mendekati benda tersebut (lokomosi dan postur),
kemudian meraih benda tersebut dengan jari-jarinya dan
benda tersebut dimasukkan ke mulutnya (motorik halus).
Jelaslah bahwa kemampuan ini dipengaruhi oleh
matangnya fungsi motorik berupa postur dan koordinasi
saraf-otot yang baik, fungsipenglihatan yang akurat
dan kecerdasan. Kemampuan memecahkan masalah
visuo-motor merupakan indikator yang baik dari
intelegensi si kemudian hari. Bila ada gangguan, harus
dibedakan apakah penyebabnya motorik, gangguan
penglihatan atau kecerdasan.
Kontrol tangan dimuali dari bahu yang menghasilakan
gerak lengan yang kasar, menjadi gerak siku yang baik
dan akhirnya gerak pergelangan tangan dan jari-jari.
Gerak mengambil benda dimulai dari mengambil dengan
genggaman seluruh tangan kemudian menggunakan
jari-jari untuk melakukan pincer grasp (menjumput
dengan dua jari).
B.1. Tahapan perkembangan motorik halus dan pemecahan
masalah visuo-motor
Visual
Fiksasi pandangan lahir
Mengikuti benda melaui garis tengah 2 bulan
Mengetahui adanya benda kecil 5 bulan

Motorik Halus
Telapak tangan terbuka 3 bulan
Menyatukan kedua tangan 4 bulan
Memindahkan benda antara kedua tangan 5 bulan
Meraih unilateral 6 bulan
Pincer grasp imatur 9 bulan
Pincer grasp matur dengan jari 11 bulan
Melepaskan benda dengan sengaja 12 bulan

Pemecahan Masalah
Memeriksa benda 7-8 bulan
Melemparkan benda 9 bulan
Membuka penutup mainan 10 bulan
Meletakkan kubus di bawah gelas 11 bulan


Menggambar
Mencoret 12 bulan
Meniru membuat garis 15 bulan
Membuat garis spontan 18 bulan
Membuat garis horisontal dan vertikal 25-27 bulan
Meniru membuat lingkaran 30 bulan
Membuat lingkaran spontan tanpa melihat contoh 3 tahun


Melaksanakan Tugas
Memasukkan biji ke dalam botol 12 bulan
Melepaskan biji dengan meniru 14 bulan
Melepaskan biji spontan 16 bulan


Menyusun Kubus (gunakan kubus dengan sisi 2,5 cm)
Menyusun 2 kubus 15 bulan
Menyusun 3 kubus 16 bulan
Kereta api dengan 4 kubus 2 tahun
Kereta api dengan cerobong asap 2,5 tahun
Jembatan dari 3 kubus 3 tahun
Pintu gerbang dari 5 kubus 4 tahun
Tangga dan dinding dari beberapa kubus tanpa melihat
contoh 6 tahun


Makan
Makan biskuit yang dipegang 9 bulan
Minum dari gelas sendiri/menggunakan sendok 12 bulan


Berpakaian
Membuka baju sendiri 24 bulan
Memakai baju 36 bulan
Membuka kancing 36 bulan
Memasang kancing 48 bulan
Mengikatkan tali sepatu 60 bulan

B.2. Keterlambatan perkembangan motorik halus Adanya
keterlambatan harus difikirkan bila ditemukan hal
berikut :

* Tidak mau memegang atau mengenal benda yang
diletakkan di tangannya pada usia 4 bulan
* Tangan tetap terkepal erat sampai usia 4-5 bulan
* Tidak dapat melakukan gerak menjumput benda kecil
dengan ujung jari sampai 1 tahun
* Tidak dapat melepaskan benda kecil ke dalam gelas
usia 18 bulan
* Tetap bermain dengan jari sampai usia 6-7 bulan
* Tetap memasukkan benda ke dalam mulut disertai
ngiler berlebihan sampai usia 2 tahun

Pada anak yang agak besar, gangguan perkembangan
pemecahan masalah visuo-motor dapat diperiksa secara
bermain dengan anak. Gunakan kubus berukuran 2,5 cm
untuk menguji kemampuan anak. Uji lain dapat dilakukan
dengan menggambar menggunakan crayon. Beberapa
gangguan gerak dapat merupakan bagian dari suatu
kelainan saraf.

* Gerakan seperti mencuci tangan terus menerus pada
anak perempuan dapat merupakan ciri sindrom Rett,
suatu kelainan yang ditandai kemunduran mental seorang
anak.
* Gerakan tangan seperti melambai-lambai disisi tubuh
dapat menjadi salah satu autisma.
* Anak yang bermain monoton dapat menjadi ciri
autisma.

C.Perkembangan bahasa

Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di
antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa
bersama fungsi perkembangan pemecahan masalah
visuo-motor merupakan indikator yang paling baik dari
ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Gabungan
kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi
perkembangan sosial. Perkembangan bahasa memerlukan
fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah
kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap
seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya,
mengerti maksud mimik dan nada suara dan akhirnya
mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan
anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi
preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi
dengan ekpresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya
dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal.
C.1. Fungsi berbahasa pada bayi baru lahir

Fungsi reseptif terlihat dengan adanya reaksi terhadap
suara. Hal ini pada mulanya bersifat refleks. Kemudian
ia memperlihatkan respons motorik berupa terdiam kalau
mendengar suara, mengedip, atau seperti gerak
terkejut. Fungsi ekspresif muncul berupa mengeluarkan
suara tenggorok misalnya bertahak, batuk dan menangis.
Fungsi suara tenggorok berangsur menghilang umur 2
bulan, digantikan dengan suara "ooo-ooo". Senyum
sosial telah dapat dilihat pada umur 5 minggu dengan
berbicara atau mengelus pipinya. Senyum simetris,
tidak seperti senyum asimetris yang dapat terlihat
pada saat anak buang air besar atau kecil yang disebut
sebagai meringis. Reaksi orientasi terhadap bunyi
seperti respons motorik, mengedip atau gerakan seperti
kaget merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
C.2. Fungsi berbahasa pada umur 2-12 bulan

Pada umur 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara
"ooo-ooo" dengan irama yang musikal. Pada umur 4
bulan, terdengar suara "agguuu-aguuu". Pada umur 6
bulan terdengar anak dapat menggumam. Pada umur 8
bulan ia dapat mengucapkan "dadada" lalu menjadi
"dada" yang belum berarti, disusul "dada" yang
diucapkan saat ia melihat ayahnya. "Mama" akan muncul
lebih belakang. Ia dapat mengerti "Tidak boleh!" yang
disertai suara nada tinggi pada umur 9 bulan. Pada
umur 11 bulan ia dapat mengucapkan kata pertama yang
benar, disusul kata kedua pada umur 1 tahun. Orientasi
terhadap bel dapat digunakan untuk menguji kemampuan
reseptif dan orientasi. Pada umur 5 bulan ia menoleh
tetapi tidak menatap kepada suara. Umur 7 bulan
menoleh dan menatap sumber suara. Umur 10 bulan ia
mencari dan menatap sumber suara. Bel tidak dapat
digunakan untuk menguji pendengaran dengan baik.
C.3. Fungsi berbahasa 12-18 bulan

Antara 12-15 bulan terdengar munculnya kata-kata baru
sebanyak 4-6 kata. Dapat terdengar pula immature
jargoning yaitu anak berbicara dalam bahasa yang aneh,
atau mencoba mengucapkan kalimat berupa suara yang
tidak jelas artinya. Antara 16-17 bulan, ia sudah
dapat menguasai 7-20 kata jargoning menjadi lebih
matang yang ditandai munculnya kata yang benar
diantara kata yang tidak benar. Pada usia 18 bulan, ia
dapat mengucapkan kalimat pendek yang susunannya belum
benar misalnya :"Joni minta", "Kasih joni", "minta
susu".
C.4. Fungsi berbahasa setelah 18 bulan

Pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata mencapai 50
kata, dan ia dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2
kata. Ia sudah menggunakan kata "saya"’ kamu walaupun
seringkali belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata
"saya", "kamu" sudah benar. Pada umur 3 tahun ia
menguasai 250 kata dan dapat membentuk kalimat terdiri
dari 3 kata. Pada umur 4 tahun ia mulai bertanya
mengenai arti suatu kata, terutama yang abstrak. Ia
dapat bercerita dan menggunakan kalimat terdiri dari
4-5 kata.
Reseptif
Bereaksi terhadap suara lahir
Tersenyum sosial 5 minggu
Orientasi terhadap suara 4 bulan
Menoleh kepada suara bel
- Fase I 5 bulan
- Fase II 7 bulan
- Fase III 9 bulan
Mengerti perintah "Tidak boleh" 8 bulan
Mengerti perintah ditambah mimik 11 bulan
Mengerti perintah tanpa mimik 14 bulan
Menunjuk 5 bagian badan yang disebutkan 17 bulan


Ekspresif
Oooo-ooo 6 minggu
Guu, guuu 3 bulan
a-guuu, a-guuu 4 bulan
Mengoceh 4-6 bulan
Dadadada (menggumam) 6 bulan
Da-da tanpa arti
Ma-ma tanpa arti 8 bulan
Dada 10 bulan
Ma-ma
Kata pertama selain mama 11 bulan
Kata kedua 12 bulan
Kata ketiga 13 bulan
4-6 kata 15 bulan
7-20 kata 17 bulan
Kalimat pendek 2 kata 21 bulan
50 kata
Kalimat terdiri dari 2 kata 2 tahun
250 kata
Kalimat terdiri dari 3 kata 3 tahun
Kalimat terdiri dari 4-5 kata
Bercerita Menanyakan arti suatu kata Menghitung sampai
20 4 tahun

C.5. Keterlambatan, disosiasi dan deviansi

Kemungkinan adanya kesulitan berbahasa harus
difikirkan bila seorang anak terlambat mencapai
tahapan unit bahasa yang sesuai untuk umurnya. Unit
bahasa tersebut dapat berupa suara, kata, dan kalimat.
Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan
tata bahasa, yaitu bagaimana suara membentuk kata,
kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya.
Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan
merupakan kelainan perkembangan yang paling sering
terjadi. Sebanyak 1% anak uang mengalami keterlambatan
bicara tetap tidak dapat bicara. Tiga puluh persen
diantara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan
sembuh sendiri, tetapi 70% diantaranya akan mengalami
kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai
kesulitan belajar lainnya. Kemampuan berbahasa sangat
terlambat bila :

* Bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu
* Bayi tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada
usia 3 bulan
* Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8
bulan
* Tidak bicara sampai usia 15 bulan
* Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan

Disosiasi ditandai perbedaan yang bermakna antara
kecepatan perkembangan 2 fase yang berbeda. Hal ini
penting untuk deteksi gangguan komunikasi, dimana
fungsi bahan jelas tertinggal dari fungsi pemecahan
masalah. Pada retardasi mental, keduanya terlambat
sedangkan pada gangguan motorik yang disebut sebagai
palsi selebral fungsi motorik terlambat dibandingkan
fungsi bahasa dan pemecahan masalah. Deviansi
menunjukkkan progresi berbahasa yang tidak teratur
atau tidak menurut aturan yang seharusnya. Keadaan
inilah yang sering lolos dari pemeriksaan.
Kadang-kadang salah diagnosis sebagai kelainan jiwa.
Misalnya anak berumur 15 bulan sudah mempunyai
perbendaharaan kata 10-15 kata (kemampuan anak 18-20
bulan) tetapi tidak menunjukkan jargoning yang imatur
(kemampuan anak 14-15 bulan) terlihat juga adanya kata
yang diucapkan tetapi tidak dimengerti artinya. Pada
anak prasekolah, misalnya dapat membuat kalimat 5 – 6
kata tetapi perbendaharaan baru terbatas pada 200-300
kata (kemampuan anak berumur 2,5 tahun). Deviansi yang
hebat sering terlihat dan menjadi ciri autisma. Dalam
keadaan ini kemampuan ekspresif lebih menonjol
dibandingkan kemampuan reseptif.
C.6. Penyebab gangguan bicara dan berbahasa
*

Redartasi mental. Redartasi mental adalah kurangnya
kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain
seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab
terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi
mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai
keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah
visuo-motor.
*

Gangguan pendengaran. Anak yang mengalami gangguan
pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya.
Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada
keterlambatan bicara. Pengobatan dengan pemasangan
alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan
ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami
gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal,
perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya
normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam
akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak
tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga
seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf
degeneratif.
*

Gangguan bicara karena kelainan organ bicara. Keadaan
ini tidak dibahas disisni.
*

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan
untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan
kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia
sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya
seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat
dalam bentuk kesulitan belajar.
*

Yang paling berat adalah autisma yang merupakan
gangguan komunikasi yang paling menunjukkan deviansi.
Istilah autisma digunakan untuk ciri gangguan
berbahasa dan tingkah laku. Hal yang lebih mendalam
tentang autisma akan dibahas oleh pembicara lain.
*

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur
3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan
tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang
tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada
orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan
ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang
disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi.
Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan
komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau
sedikit rendah.
*

Deprivasi. Dalam keadaan ini anak tidak mendapat
rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah
stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan
berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit
keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana
anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga
mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan
berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan
deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf
karena kurang gizi atau child abuse.
*

Bicara dalam 2 bahasa hanya kadang-kadang saja
menyebabkan keterlambatan. Umumnya anak dapat
menguasai 2 bahasa dengan mudah.
*

Keterlambatan fungsional: Dalam keadaan ini biasanya
fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami
gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak
tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.
C.7. Cara membedakan berbagai keterlambatan berbahasa

Dengan memperhatikan fungsi reseptif, ekspresif,
kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan pola
keterlambatan perkembangan, dapat diperkirakan
penyebab kesulitan berbicara.
Diagnosis Bahasa reseptif Bahasa ekspresif Kemampuan
pemecahan masalah visuo-motor Pola perkembangan
Tuli < normal < normal normal Disosiasi
Redartasi mental < normal < normal < normal
Keterlambatan global
Gangguan komunikasi sentral < normal < normal normal
Disosiasi, deviansi
Kesulitan belajar normal, normal normal,< normal
Disosiasi
Autisma normal,< normal Tampaknya normal, normal,
selalu lebih baik dari bahasa Deviansi, disosiasi
Mutisme elektif normal normal normal,< normal
Keterlambatan fungsional normal < normal normal Hanya
ekspresif yang terganggu


Kesimpulan
Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang
anak berkembang melalui tahapan tertentu. Diantara
jenis perkembangan, yang paling penting untuk
menentukan kemampuan intelegensi di kemudian hari
adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan
masalah visuo-motor, serta perkembangan berbahasa.
Kemudian keduanya berkembang menjadi perkembangan
sosial yang merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak
berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak
mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan
perkembangan. Untuk mendeteksi keterlambatan, dapat
digunakan 2 pendekatan : Yang pertama adalah
menyerahkan kepada orang tua, nenek, guru atau
pengasuh untuk melaporkan bila anak mengalami
kesulitan berbahasa. Kerugian cara ini adalah bahwa
orang tua sering menganggap bahwa anak akan dapat
menyusul keterlambatannya dikemudian hari dan cukup
ditunggu saja, atau nenek mengatakan bahwa ayah atau
ibu juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak
yang cepat jalan akan lebih lambat bicara.
Kadang-kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari
orang tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami
keterlambatan bicara Pendekatan kedua adalah dengan
deteksi aktif, membandingkan apakah seorang anak dapat
melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku untuk
anak seusianya. Pendekatan kedua juga mempunyai
kelemahan yaitu akan terlalu banyak anak yang
diidentifikasi sebagai "abnormal" karena bicara
terlambat. Sebagian besar diantaranya memang secara
alamiah akan menyusul bicara dikemudian hari.
Kadang-kadang masih ditemukan dokter yang dengan
ringan mengatakan : "Tidak apa-apa, ditunggu saja".
Menurut hemat saya peran orang tua untuk melaporkan
kecurigaannya dan peran dokter untuk menanggapi
keluhan tersebut sama pentingnya dalam penatalaksanaan
anak. Bila dijumpai keterlambatan atau penyimpangan
harus dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah hal
tersebut merupakan variasi normal atau suatu kelainan
yang serius. Jangan berpegang pada pendapat :"Nanti
juga akan berkembang sendiri" atau "Anak semata-mata
hanya terlambat sedikit" tanpa bukti yang kuat, yang
akan mengakibatkan diagnosis yang terlambat dan
penatalaksanaan yang semakin sulit.

TEKNOLOGI PENGAJARAN

Perbedaan Pengaruh Metode Inquiry-Discovery Dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar Ipa
Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada
Siswa Sekolah Dasar Negeri
(Eksperimen Di Sekolah Dasar Kecamatan Gatak Sukoharjo)

SULARMI
NIM : S. 8102021

ABSTRAK

Sularmi. Perbedaan Pengaruh Metode Inquiry-Discovery Dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri (Eksperimen di Sekolah Dasar Kecamatan Gatak Sukoharjo). Thesis. Surakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. 2005.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1). Perbedaan pengaruh penerapan metode inquiry-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA, (2). Perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, dan (3). Interaksi pengaruh antara metode inquiry-discovery dan konvensional dengan motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling sebanyak 122 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket untuk variabel motivasi belajar siswa, serta dengan teknik tes untuk mengetahui prestasi belajar IPA. Teknik analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dengan Liliefors dan uji homogenitas dengan uji F. Taraf signifikansi penelitian sebesar 5%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) terdapat perbedaan pengaruh penerapan metode inquiry-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 67,21 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, (2) terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 13,22 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, dan 3). terdapat pengaruh interaksi antara metode (Inquiry-Discovery dan Konvensional) dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 5,41 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya.

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan saran : Pada proses pembelajaran berkelanjutan guru dapat menerapkan metode inquiry-discovery dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan penerapan pembelajaran ini siswa akan dituntut untuk berpikir kreativ dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih melekat pada siswa, kita sering mendengar melakukan lebih baik dari pada mendengarkan karena dengan melakukan siswa akan terlibat langsung sehingga siswa akan paham betul apa yang dilakukannya, selain tak kalah pentingnya adalah adanya motivasi dari siswa maupun guru dalam proses pembelajaran serta dituntut adanya guru yang profesional sehingga dapat merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga jalannya proses pembelajaran akan terjadi interaksi yang aktif sehingga akan dapat meningkatkan daya atau kemampuan pada diri siswa.

Motivasi Belajar

Motivasi Belajar Anak
Oleh: Hermawih Hasan

Beginilah cerita seorang ayah pada waktu makan malam, waktu favorit berkumpul keluarga, di mana suami, isteri dan semua anaknya hadir.
Paman papi pertama bernama Bill Gates. Ia telah bisa membuat program komputer dalam usia tiga belas tahun. Program komputer telah membuatnya terobsesi, sehingga ia merelakan kuliahnya di universitas bergengsi di Amerika.
Lain hari, ayah bercerita lagi, paman papi kedua bernama Steve Jobs, anak yang nakal pada waktu muda dan gemar elektronika. Ia meninggalkan kuliahnya dan berhasil dalam tiga industri yang berbeda yaitu musik, komputer dan film animasi.
Hari berikutnya ayah itu bercerita lagi, paman papi ketiga dan keempat bernama Sergey Brin dan Larry Page. Mereka merelakan program doktornya karena obsesinya untuk mengkomersialkan hasil riset mesin pencarinya.
Ayah itu menjelaskan bahwa tidak selamanya cerita-cerita itu disampaikan tanpa gangguan atau komentar negatif. Anak-anaknya sering nyeletuk, "Kok, paman semuanya kaya tetapi papi tidak banyak uangnya," atau "Pamannya pintar-pintar, kok papi tidak." atau "Bosan ah, cerita paman melulu."
Untuk mengurangi kebosanan, di hari yang lain sang ayah tidak bercerita lagi tentang paman-pamannya. Saudara nenek kamu bernama Ibu Teresa. Ketika diragukan niat baiknya untuk menolong ratusan ribu orang yang harus ditolong, ibu Teresa bertanya, mulai dari angka berapa kamu menghitung sampai sejuta? Ibu itu berkata, mulai dari angka satu.
Lain hari ayah itu bercerita lagi, saudara nenek yang lain bernama Grace Murray Hopper. Ia adalah wanita penemu bahasa pemrograman COBOL. Ia adalah nenek pertama yang mendapatkan pangkat Real Admiral dan wanita pertama yang masih bekerja pada usia delapan puluh tahun di angkatan laut Amerika.
Lain hari ayahnya bercerita lagi. Pada suatu hari seorang anak berlari dengan kencang sambil menangis. Ia duduk di bawah pohon yang rindang sambil meratapi nasibnya dan menangis karena selalu saja prestasi sekolahnya jauh di bawah nilai kakaknya. Tanpa sadar ia melihat pemandangan yang indah di mana tetesan air jatuh ke sebuah batu yang sangat besar. Karena penasaran ia mendatangi lebih dekat dan terkejut ketika melihat batu itu berlobang karena tetesan-tetesan air yang kecil itu. Setelah dewasa anak itu menjadi orang yang terkenal jauh melebihi kakaknya karena hasil karyanya.
Begitulah cerita sang ayah kepada anak-anaknya pada setiap acara favorit keluarga, makan malam. Dan sering juga anak-anaknya mengomel, “Ah bosan, pada suatu hari melulu.”
Hasilnya? Masih saja semangat belajar anak-anaknya jauh dari memuaskan yang tentu saja berakibat pada nilai raport mereka. Namun ayah itu tidak bosan-bosannya dan tidak kenal lelah bercerita selama berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun, walaupun hasil yang diinginkan masih belum kunjung tiba. Stok ceritanya tidak hanya yang di atas, tetapi sering juga cerita-cerita itu diulang-ulang.
Kadang-kadang, kata sang ayah kepada penulis, sering juga ia bernyanyi sebagai ganti bercerita. Nyanyian itu adalah nyanyian yang biasa dilakukan ketika anak sekolah setingkat SD mulai belajar English Grammar. (Pernah dimuat di surat kabar Kompas pada saat menceritakan seorang bintang NBA).
"Good … Better ... Best
Don’t let us rest
Until your good becomes your better
And your better becomes your best."
Ayah itu bernyanyi terus sampai suatu hari salah satu anaknya mulai mengomentari setelah kalimat “Don’t let us rest.”, " … Ih, capek dech."
Ayah itu bernyanyi dan bercerita, bernyanyi dan bercerita tanpa kenal bosan dan lelah selama berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun.
Sampai suatu hari, keajaiban datang kepada anaknya yang sulung, kata sang ayah kepada penulis. Kepala sekolah dibuat kaget dengan lonjakan drastis nilai-nilainya hanya dalam hitungan bulan. Lonjakan nilai anak itu adalah yang paling tinggi di sekolahnya. Penulis memberanikan bertanya, apakah ia ranking pertama? Ah, bukan itu yang penting, jawab sang ayah. Yang penting adalah usahanya untuk mendorong dirinya ke arah potensi terbesarnya, sang ayah menjelaskan lebih lanjut.
Mendengar cerita sang ayah, penulis menjadi sadar dan heran dengan masih banyak orang tua yang tidak atau kurang sabar dalam membimbing anak-anaknya belajar, sehingga banyak yang menggunakan kekerasan atau pemaksaan kehendak dalam memotivasi anak-anak yang masih duduk di tingkat SD.
Itu mengingatkan penulis tentang cerita antara angin dan matahari. Angin dengan kekuatannya mencoba untuk memaksa seseorang agar membuka jaketnya. Semakin angin itu berusaha dengan keras memaksanya, semakin keras orang itu memegang jaketnya agar tidak terbawa angin.
Sedangkan matahari dengan bijak menggunakan kekuatannya membujuk orang itu untuk membuka jaketnya atas keinginan sendiri. Walaupun orang itu sudah berteduh di bawah pohon yang rindang, tetapi panas teriknya matahari membuat orang itu tidak hanya membuka jaketnya tetapi juga bajunya. Matahari memberikan motivasi kepada orang itu, “Agar tidak kepanasan bukalah jaket dan bajumu”.
Penulis menjadi teringat juga tentang cerita angsa dan telur emas dalam buku "The 7 Habits of Highly Effective People" karya Steven R. Covey. Covey menyinggung cerita tentang petani miskin yang menemukan angsa yang menghasilkan telur emas. Karena ketidaksabaran dan keserakahannya, petani itu membunuh angsanya sehingga tidak lagi mendapatkan telur emasnya. Covey kemudian menghubungkan cerita itu dengan P/KP (Produksi dan Kemampuan Produksi).
Penulis menjadi teringat juga tentang teori Montessori dari buku "Kisah Sukses Google" oleh David A Vise dan Mark Malseed, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Inilah sedikit kutipan tentang teori itu.
“Kami berdua sewaktu kecil sama-sama bersekolah di sekolah yang disebut sekolah Montessori. Sistem pendidikan berdasarkan teori Montessori membiarkan anak-anak mengerjakan apapun yang mereka suka ketika mereka berusia enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas tahun. Namun setelah itu, karena hormon-hormon yang berlimpah pada anak laki-laki selewat usia itu, guru-guru sengaja memberi tugas-tugas ekstra keras kepada mereka. Sebab jika tidak demikian pikiran mereka akan teralihkan.”
Sang Ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil.
Komentar sang ayah tentang hasil mengingatkan penulis pada sebuah buku “From Good to Great” karya Jim Collin di mana ia berkomentar bahwa kegagalan justru terjadi pada kategori orang yang terlalu obsesif dengan hasil yang tidak mempunyai kesabaran dalam usahanya.
Komentar sang ayah tentang hasil mengingatkan juga tentang seorang penulis lain yang suaranya pernah sering terdengar di sebuah radio yaitu, Gede Prama dalam bukunya “Kebahagiaan yang Membebaskan”, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
“Ada yang menyebut ini dengan emptiness. Sebuah terminologi timur yang amat susah untuk dijelaskan dengan kata-kata manusia. Namun Daini Katagiri dalam Returning to Silence menyebutkan: ‘The final goal is that we should not be obsessed with the result, whether good, bad or neutral.’ Keseluruhan upaya untuk tidak terikat dengan hasil. Itulah keheningan. Sehingga yang tersisa persis seperti hukum alam: kerja, dan kerja. Dalam kerja seperti ini, manusia seperti matahari. Ditunggu tidak ditunggu, besok pagi ia terbit. Ada awan tidak ada awan matahari tetap bersinar. Disukai atau dibenci, sore hari di mana pun ia akan terbenam”
Seorang raja bijak pernah berkata, aku adalah raja di raja dengan kekayaan yang tidak akan pernah disamai oleh siapapun di dunia. Tetapi kekayaan ternyata sia-sia. Aku adalah raja dengan kekuasaan besar. Tetapi kekuasaan ternyata sia-sia. Tetapi aku berkata kepadamu, berbahagialah orang yang makan minum dari hasil kerjanya. Berbahagialah orang yang mencintai pekerjaannya. Kerja dan kerja dan kerja seperti matahari yang pasti terbit dan terbenam.
Sang Ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil.
Penulis menjadi penasaran dengan anak-anak yang lain dari sang ayah, kemudian bertanya, Bagaimana hasilnya dengan anak yang lain? Hasil lagi, hasil lagi, celetuk sang ayah. Mungkin karena tidak tega, sang ayah kemudian meneruskan, setiap anak mempunyai potensi yang berbeda dan hasilnya juga jangan diharapkan sama antara anak yang satu dengan yang lain. Tetapi herannya peningkatan motivasi belajar kedua anak tersebut dimulai di umur yang sama yaitu sebelas tahun.
Sekarang kata sang ayah kepada penulis, justru sang ayah yang takut akan motivasi anaknya karena anaknya sering bangun sebelum pukul empat pagi hari karena selalu cemas hasil belajarnya kurang cukup. Terpaksa ayahnya bernyanyi lagi:
"Good … Better ... Best
Don’t let us rest
Until your good becomes your better
And your better becomes your best."
Usaha terbaikmu anakku, usaha terbaikmu. Setelah melakukan itu jangan cemas akan hasilnya, demikian kata sang ayah kepada anaknya.
Pada waktu makan malam, acara favorit keluarga, sang ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil seperti matahari yang pasti akan terbit dan terbenam.